IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI
Disusun untuk melengkapi Tugas Mata
Kuliah Penulisan Karya Ilmiah
Yang diampu oleh : Susilo Tri Widodo,
S.Pd
Oleh :
Dedy Ari Nugroho
(K6410014)
PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI
Disusun untuk melengkapi Tugas Mata
Kuliah Penulisan Karya Ilmiah
Yang diampu oleh : Susilo Tri Widodo,
S.Pd
Oleh :
Dedy Ari Nugroho
(K6410014)
PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
MOTTO
“pengetahuan
adalah satu-satunya kekayaan yang tidak bisa dilenyapkan. Hanya kematian yang
mampu meredupkan lentera pengetahuan yang ada dalam dirimu”.
(Kahlil
Gibrah)
“persahabatan
tidak mungkin terjalin jika kita hanya memberikan sebagian dari diri kita sebab
setiap jiwa berbeda dengan jiwa yang lain. Dalam persahabatan dan cinta, dua
tangan terangkat berdampingan bersama untuk menemukan apa yang tidak dapat di
capai sendiri”.
(Kahlil
Gbrah)
“semua
yang dilakukan oleh manusia pastilah ada salahnya, tap jangan anggap kesalahan
itu menjadi dasar untuk menjatuhkannya”.
(KH.
Abdurrahman Wahid)
KATA PENGANTAR
Bismllahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala
puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmad,
Hidayah, serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Ilmiah ini dengan judul “IMPLIKASI
TERJADINYA GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN WONOGIRI”.
Penyusunan
karya Ilmiah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya
Ilmiah, yang merupakan salah satu mata kuliah yang diikuti mahasiswa semester
2.Dalam penyusunan karya Ilmiah ini penulis mengalami beberapa kesulitan, namun
berkat bantuan dari pihak-pihak terkait karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan lancar.Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ayah
dan bunda tercinta, yang senantiasa melantunkan doa untuk kelancaran studi
penulis.
2. Bapak
Susilo Tri Widodo, S.Pd, yang senatiasa membimbing penulis serta senantiasa
memberikan arahan dengan sabar dan bijak dalam rangka menyelasaikan penyusunan
Karya Ilmiah ini.
3. Teman-teman
program studi PKn yang senantiasa memberikan support dan motivasinya sehingga
dalam penyusunan karya llmiah ini jauh lebih bermakna.
4. Terimakasih
penulis sampaikan kepada Erlita Fanilla Wati, Sylvia Wida Ayuaini, dan Ibu
satem yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
5. Semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, termakasih atas segala
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa Karya lmiah
ini masih sangat jauh dari sebuah kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.Akhir kata penulis ingin menyampaikan,
semoga karya lmiah bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, Juni
2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kesejahteraan merupakan keadaan yang
menunjukan kesetabilan, kondisi yang baik, serta kondisi manusia di mana
orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai. Di Indonesia,
kesejahteraan merupakan salah satu tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan
undang-undang dasar Negara republik Indonesia pada alenia ke-4. Hal ini
menunjukan bahwa salah satu tekad yang di jalankan Negara republik Indonesia
adalah pencapaian adanya kehidupan yang sejahtera bagi warga negaranya.
Beberapa program dan kegiatan telah
di lakukan pihak pemerintah di segala sektor dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun, di sisi lain beberapa masalah kesehatan dan sosial
di masyarakat bermunculan sebagai salah satu cermin atau bentuk kurangnya
kesejahteraan bagi mereka. Hal ini sejalan dengan permasalahan yang di angkat
dalam karya ilmiah ini.Permasalahan yang dimunculkan dalam karya ilmiah ini
adalah adanya kasus gizi buruk yang mewabah di masyarakat, khususnya di
Kabupaten Wonogiri.
Penyakit gizi buruk atau kekurangan
gizi merupakan gambaran atau keadaan seseorang yang mengalami kekurangan asupan
gizi, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang seseorang
terlebih untuk tumbuh kembang balita, bukan itu saja gizi buruk dapat juga berpengaruh
pada perkembangan otak dan kecerdasan. Di Kabupaten Wonogiri banyak masyarakat
yang terjangkit penyakit gizi buruk, yaitu pada tahun 2009 sampai dengan
Februari 2011 jumlah penderita gizi
buruk di tiga distrik membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Di distrik
Wuryantoro, ditemukan 38 anak, 16 di antaranya dalam keadaan yang cukup parah
sehingga perlu dirawat ke rumah sakit di Solo untuk mendapatakan penanganan intensif.
Sedangkan di Distrik Wonogiri, ditemukan 38 anak penderita gizi buruk.Mereka
terdeteksi di Puskesmas di wilayah kabupaten Wonogiri. Kemudian distrik
Jatisrono terdapat 22 anak menderita gizi buruk, dari jumlah itu, 11 di
antaranya dirujuk ke RSUD Wonogiri dan RS Dr Moewardi Surakarta.
Beberapa hal tersebut tentu saja
tidak mencerminkan isi dalam pembukaan undang-undang dasar Negara republik
Indonesia pada alenia ke-4, di mana di dalamnya mengutarakan pula mengenai pencapaian
atau tujuan Negara untuk memajukan kesejahteraan umum.Dengan adanya penyakit
gizi buruk yang mewabah di negeri ini khususnya di kabupaten Wonogiri, seolah
memberikan pencerminan bahwa isi pancasila pada alenia ke-4 tersebut belum
seluruhnya berjalan dengan baik.Hal
ini tidak sejalan pula dengan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Berkaitan
dengan hal tersebut, maka peningkatan program-program pemerintah kabupaten
Wonogiri dalam rangka menekan angka gizi buruk di kabupaten wonogiri, sangat di
harapkan. Program-program yang sudah berjalan di kabupaten wonogiri seperti
pemberian makanan tambahan yang diberikan melalui Posyandu, kemudian program
peninjauan lapangan, dan lain sebagainya harus di jalankan secara konsisten dan
bertanggung jawab. Terealisasinya program-program pemerintah pada sektor
kesehatan dalam usahanya menekan kasus gizi buruk dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat di kabupaten Wonogiri sangat di harapakan oleh warga
masyarakat, karena dengan lepasnya masyarakat dari masalah gizi buruk merupakan
cermin kesejahteraan bagi masyarakat, namun sebaliknya, terbelitnya masyarakat
dengan wabah gizi buruk merupakan cermin betapa minimnya kesejahteraan bagi
masyarakat, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
Dari
uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk menelusuri masalah yang ada.
Sehingga dalam penulisan ini, penulis memilih judul : “IMPLIKASI TERJADINYA
GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI”.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa
besar dampak yang di timbulkan dari penyakit gizi buruk terhadap kesejahteraan
masyarakat di kabupaten Wonogiri ?
2. Bagaimanakah
peran serta pemerintah setempat dalam rangka memperkecil angka penderita gizi
buruk sehingga tercipta keadaan yang sejahtera di Kabupaten Wonogiri ?
3. Bagaimanakah
sebaran penderita penyakit gizi buruk sebagai salah satu gambaran kurang
meratanya kesejahteraan masyarakat di kabupaten Wonogiri ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penulisan dapat di rumuskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui
besarnya dampak yang ditimbulkan dari adanya wabah penyakit gizi buruk terhadap
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wonogiri.
2. Mengetahui
peran serta pemerintah setempat dalam rangka memperkecil angka penderita gizi
buruk sehingga tercipta keadaan yang sejahtera di Kabupaten Wonogiri.
3. Menganalisis
dan mengetahui sebaran penderita penyakit gizi buruk sebagai yang merupakan
salah satu gambaran kurang meratanya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Wonogiri.
D.
Manfaat
Penulisan
Data
serta informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang berhubungan dengan
masalah tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat
yang dimaksud :
1. Bagi
Pembaca
Hasil penulisan ini
akan memberikan informasi serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat mengenai
gambaran dan bentuk realisasi dari salah satu tujuan Negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan umum, dalam hal ini dikaitkan dengan wabah penyakit gizi buruk di
Kabupaten Wonogiri.
2. Bagi
Penulis
Penulisan dan
penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk memperkaya diri dengan
pengalaman serta ilmu pengetahuan mengenaibentuk realisasi dari salah satu
tujuan Negara yaitu mewujudkan kesejahteraan umum, dalam hal ini dikaitkan
dengan wabah penyakit gizi buruk di Kabupaten Wonogiri. Serta melalui
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang nyata bagi diri penulis
agar, tetap tanggap akan keadaan masyarakat di sekitar yang membutuhkan bantuan,
agar benar-benar terwujud kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Teori
1.
Kesejahteraan
Dalam istilah umum, kesejahteraanmerupakan suatu keadaan
yang menunjukan atau menggambarkan keadaan yang stabil dan baik, dalam kata lain kesejahteraan
dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam
keadaan makmur, dalam keadaansehat
serta memiliki keadaan yang damai.
Berkaitan dengan definisi tersebut keadaan yang sejahtera merupakan harapan
serta dambaan dari setiap insan yang hidup di dunia ini. Di Indonesia,
kesejahteraan merupakan salah satu tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan
undang-undang dasar Negara republik Indonesia pada alenia ke-4. Hal ini
menunjukan bahwa salah satu tekad yang di jalankan Negara republik Indonesia
adalah pencapaian adanya kehidupan yang sejahtera bagi warga negaranya.
Arthur
Dunham dan Dwi Heru Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan
anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan,
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian
utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas.Pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan,
penyembuhan dan pencegahan.
Devinisi yang lain mengenai
pengertian kesejahteraan di ungkapkan oleh Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco
(1991) :
“welfare Is the organized system of social services and institutions,designed to aid individuals and grous to attain satisfying standards of life and health, and personal and social relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in harmony with the needs of their families and the community”.
Yang diartikan bahwa kesejahteraan merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.
“welfare Is the organized system of social services and institutions,designed to aid individuals and grous to attain satisfying standards of life and health, and personal and social relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in harmony with the needs of their families and the community”.
Yang diartikan bahwa kesejahteraan merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.
Menurut Undang-undang Republik
Indonesia No.6 Tahun 1974, kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga
negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah
dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan
pancasila.Menurut PBB, kesejahetaran adalah suatu kegiatan yang terorganisasi
dalam tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan
lingkungan sosial mereka.
Arthur Dunham, mengemukakan
kesejahteraan sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana di dalamnya terdapat
berbagai macam badan atau usaha sosial yang tujuannya meningkatkan
kesejahteraan dari segia sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak,
kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan
hubungan-hubungan sosial. Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada
segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi
kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (disadventaged
groups).
Beberapa definisi diatas menunjukkan
konsep kesejahteraan sebagai suatu sistem yang berintikan lembaga-lembaga dan
pelayanan sosial.Tujuan sistem adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok dan juga relasi-relasi sosial
dengan lingkungannya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan
kemampuan individu baik dalam memecahkan masalah maupun dalam memenuhi
kebutuhannya, untuk itu pengertian kesejahteraan sosial adalah suatu aktifitas
yang terorganisasi yang ditujukan untuk membantu tercapainya suatu penyesuaian
timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Pekerjaan sosial
sendiri berada diposisi sebagai profesi yang bertugas menyelenggarakan serta
membantu manusia menggunakan program-program/pelayanan-pelayanan kesejahteraan
sosial.Kesetabilan kehidupan merupakan titik awal adanya unsur sejahtera dalam
kehidupan seseorang.Berkaitan dengan hal tersebut dapat di artikan pula bahwa
kesejahteraan rakyat identik dengan adanya pemenuhan kebutuhan yang di perlukan
bagi kehidupan seseorang.
Dari beberapa definisi serta hakekat
dari kesejahteraan di atas, maka dalam kajian teori ini, kesejahteraan rakyat
dapat di kaitkan dengan tiga teori mengenai kesejahteraan, yaitu teori
classical utilitarian, teori neoclassical welfare, dan teori new contactarian
yang kesemuanya di ungkapkan oleh Albert dan Hahnel. Ketiga teori yang dimaksud
dapat di jelaskan sebagai berikut :
a.
Teori Classical Utilitarian (Albert dan
Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa suatu
kesejahteraan berarti menekankan bahwa kesenangan (pleasure) dan kepuasan
(utility) seseorang dapat di ukur dan bertambah, hal ini dapat terlihat dari
keadaan fisik dan psikis seseorang yang menikmati kesejahteraan itu. Menurut
teori ini tingkat kesejahteraan yang berbeda yang dirasakan oleh individu yang
sama dapat di jadikan perbandingan, sehingga dapat dimengerti hakekat dari
suatu kesejahteraan. Prinsip teori ini adalah prinsip untuk meningkatkan
sebanyak mungkin kesejahteraan bagi dirinya. Sedangkan bagi masyarakat peningkatan
kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupannya.
b.
Teori
Neoclassical Walfare (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini
mengungkapkan bahwa tercapainya kesejahteraan itu Karena adanya tindakan
individu yang mendasarinya, hal yang demikian itu dimaknai sebagai necessary conditionatau kondisi yang
penting dalam rangka mencapai suatu kesejahteraan. Selain itu teori ini
menjelaskan pula mengenai fungsi kesejahteraan yang merupakan fungsi dari semua
kepuasan individu.
c.
Teori
Contractarian (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini
mengungkapkan bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan
yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari teori ini adalah setiap individu
mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan seseorang baik dari segi jasmani
maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan, terbebas dari segala
macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar), untuk mencapai suatu
keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.
Berdasarkan atas beberapa teori di
atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang sangat terkait
dengan tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang
diinginkan.Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu perilaku (behavioral)
yang dapat memaksimalkan tingkat kesejahteraan sesuai dengan sumber daya yang
tersedia, termasuk didalamnya terlepas dari beban dan hambatan salah satunya
adalah lepasnya dari wabah penyakit.
2.
Gizi
buruk
Penyakit
gizi buruk atau kekurangan gizi merupakan gambaran atau keadaan seseorang yang
mengalami kekurangan asupan gizi, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh
pada tumbuh kembang seseorang terlebih untuk tumbuh kembang balita, bukan itu
saja gizi buruk jugadapat berpengaruh pada perkembangan otak dan kecerdasan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka gizi buruk merupakan suatu keadaan yang
tidak mencerminkan keadaan sejahtera dari segi badan, jiwa,
dan sosial
yang tidak memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dalam kehidupan bermasyarakat.Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawat, sehingga hal tersebut memungkinkan seseorang untuk
senantiasa hidup sejahtera, jika di tinjau dari keadaan fisik dan psikis yang
dimiliki.Gizi buruk merupakan salah satu jenis penyakit yang sering di alami
oleh orang-orang yang keadaannya kurang sejahtera, baik di tinjau dari segi
lingkungan hidup, maupun kurang meratanya distribusi sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan data dan informasi yang
ditegaskan di atas, hal tersebut sejalan
dengan teori gerontologia yang di ungkapkan oleh Michel Foucault, dalam teori
ini mengidentifikasi bahwa kesehatan dan kesejahteraan muncul sebagai driver
penting yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercukupan unsur kehidupan
termasuk didalamnya unsur atau kebutuhan akan hidup layak, mapan dan sehat,
agar dalam setiap tatanan kehidupan tidak terjadi kesenjangan.Sehingga dapat di
tarik kesimpulan bahwa, dalam teori ini mengaitkan antara kekuatan medis dengan
usaha mensejahterakan komponen Negara, sehingga keterkaitan tersebut merupakan
titik puncak dari teori ini.
B. Kerangka
Pemikiran
Untuk
menyelesaikan masalah dalam suatu penelitian, diperlukan kerangka atau metode-metode
yang digunakan untuk mengolah dan menguji data-data yang ada sehingga di
peroleh suatu data serta informasi yang akurat. Pada bab ini akan dibahas
mengenai metode atau kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.
Kerangka pemikiran yang dimaksud dapat dinyatakan dengan suatu penjelasan
(deskriptif) atas kerangka berpikir dengan dilengkapi dengan suatu bagan atau
skema. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebagai berikut :
a. Penjelasan atas
Kerangka Berpikir
Sebelum
sebuah kerangka berpikir di tuangkan ke dalam suatu bagan atau skema, dalam hal
ini penulis bermaksud menjelaskan terlebih dahulu ke dalam suatu bentuk
penjelasan atau deskriptif. Kerangka berpikir dalam karya ilmiah ini di awali
dengan memunculkan suatu permasalahan, karena dengan munculnya suatu
permasalahan maka dapat diketahui objek kajian serta penelitian yang akan
dilakukan. Sehingga ada suatu fokus permasalahan yang akan di teliti. Dalam hal
ini permasalahan yang akan di angkat berkaitan dengan Implikasi terjadinya gizi
buruk terhadap peningkatan kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri.
Setelah dimunculkannya suatu
permasalahan, Kerangka berpikir selanjutnya adalah menemukan teori yang dapat
mendukung keterkaitan antara permasalahan dan alternatif pemecahan.Dalam hal ini
teori yang digunakan adalah teori gerontologia
(Michel Foucault), teori
classical utilitarian, teori neoclassical welfare, dan teori new contactarian
(Albert dan Hahnel). Kerangka berpikir selanjutnya dalam penyusunan karya
ilmiah ini adalah adnya metode yang di gunakan, dalam hal ini metode yang akan
digunakan adalah metode analisis data kualitatif, Yaitu membandingkan antara
teori-teori yang ada dari literature yang ada, sehingga dari hasil perbandingan
tersebut dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat mengarah ataupun mencapai
suatu akurasi data. Setelah melakukan identifikasi atas permasalahan, teori,
serta membandingkan data yang ada dengan referensi yang di temukan, akan di
dapat suatu hasil penelitian yang di dalamnya berisi akurasi data dari penelitian
yang dilakukan, dalam hal ini adalah data mengenai implikasi terjadinya gizi
buruk terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di kabupaten Wonogiri. Sehingga
data serta informasi yang akan di cantumkan dalam suatu laporan serta tindak
lanjut yang terjamin akurasinya.
b.
Bagan
Atau Skema Kerangka Berpikir
Dari
beberapa penjelasan mengenai kerangka berpikir atas karya ilmiah ini, maka
dalam hal ini dapat dijelaskan pula dengan menggunakan suatu bagan atau skema,
bagan atau skema yang dimaksud dapat dinyatakan sebagai berikut :
Implikasi
yang di timbulkan
|
Penyakit
gizi buruk
|
Masyarakat di Kabupaten Wonogiri
|
Minimnya
Kesejahteraan Rakyat
|
Klarifikasi
dengan Teori Gerontologia,
Classical Utilitarian, teori Neoclassical Welfare, dan teori New
Contactarian.
|
Metode
analisis data kualitatif
|
Implikasi
terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di
Kabupaten Wonogiri
|
Laporan
Hasil Penelitian
|
Memberikan
Alternatif Pemecahan
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Untuk menyelesaikan masalah dalam
suatu penelitian, diperlukan metode-metode yang digunakan untuk mengolah dan
menguji data-data yang ada, sehingga diperoleh suatu hasil yang baik. Pada bab
ini akan di bahas mengenai metode penelitian yang digunakan.
A. Karakteristik Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini
adalah penelitian kualitatif, dengan penelitian yang dilakukan akan didapatkan
informas deskriptif tentang suatu permasalahan. Dalam penelitian kualitatif
tidak terdapat rumus-rumus hitungan angka, namun lebih ke arah pendiskripsian
permasalahan, dengan di pertegas dengan teori-teori dan literature kajian untuk
mendapatkan akurasi data.Sehingga dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif permasalahan Implikasi terjadnya gizi buruk terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wonogiri, dapat di ungkap dengan baik.
Argumen yang lain yang berhubungan
dengan metode kualitatif, menyatakan bahwa metode penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data-data dalam bentuk informasi deskriptif mengenai suatu
objek.Kemudian dalam metode ini juga berusaha membandingkan antara hasil
penelitian dari suatu informan atau dari lapangan dengan teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Sehingga pada akhirnya diperoleh faliditas data
yang akan di sajikan.
Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang dikatakan oleh
Creswell (1998:15) bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Nawawi (1990:64) mengatakan
bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau
fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Menurut H. B Sutopo (2002:110) penelitian deskriptif
merupakan penelitian tingkat kedua, yang merupakan pengembangan lanjut dari
penelitian eksploratif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil lokasi di daerah Kabupaten Wonogiri tepatnya di tiga distrik yang
membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Distrik yang dimaksud adalah di
distrik Wuryantoro, di Distrik Wonogiri dan di distrik Jatisrono, di mana
ketiga distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten
Wonogiri.Alasan memilih daerah ini di karenakan di kabupaten Wonogiri merupakan
sebaran terbanyak penyakit gizi buruk di wilayah Jawa Tengah.Sehingga hal ini
menimbulkan ketertarikan peneliti untuk mengkajinya.
Waktu penelitian dalam hal ini dapat dijelaskan
dalam matrik sebagai berikut :
WAKTU
KEGIATAN
No
|
Kegiatan
|
Bulan I
|
Bulan II
|
Bulan III
|
Bulan IV
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pra pelaksanaan
· Pengamatan Lokasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
· Pengamatan Objek
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
· Menganalisis Lokasi & objek
penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pelaksanaan
· Melaksanakan wawancara dengan informan
dan survey di lokasi tentang keadaan sebenarnya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
· Pemilahan data penelitian.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Evaluasi hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Laporan Akhir penelitian.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C. Sumber Data
Data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang berasal dari tiga distrik
yang membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Distrikyang dimaksud adalah
di distrik Wuryantoro, di Distrik Wonogiri dan di distrik Jatisrono, di mana
ketiga distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten Wonogiri.
Data itu di peroleh dengan cara observasi.
Selain mengandalkan data yang
diperoleh di lapangan secara langsung dengan cara observasi, sumber data yang
lain dalam penelitian ini juga didapatkan dari Dinas kesehatan Kabupaten
Wonogiri. Hal ini dikarenakan peneliti dapat mendapatkan informasi
masyarakat-masyarakat yang terkena wabah gizi buruk beserta rincian nama, serta
tindak lanjut medis yang dilakukan, sehingga dapat diketehui seberapa besar
usaha peningkatan kesejahteraan rakyat yang dilakukan di kabupaten Wonogiri.
Lokasi-lokasi pengumpulan data yang
telah di sebutkan di atas, dapat dilakukan dengan dilakukannya wawancara dengan
seorang informan.Informan yang dimaksud dapat berasal dari masyarakat kabupaten
Wonogiri yang dalam hal ini berperan sebaga objek penelitian, baik keluarga
yang terkena wabah penyakit gizi buruk ataupun orang yang terjangkit adanya
penyakit gizi buruk di Kabupaten Wonogiri.selan itu informan juga dapat berasal
dari pihak dinas kesehatan Kabupaten Wonogiri. setelah di lakukan semacam
wawancara, informasi yang di dapatkan kemudian di dokumentasikan, dokumentasi
ini adalah data yang sekiranya selaras dengan penelitian yang dilakukan, baik
dalam bentuk tulisan/deskriptif, gambar ataupun grafik yang relevan serta layak
untuk disajikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini,
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Survey
Tahap ini dilakukan dengan mengamati secara langsung pada
objek penelitian. Dalam hal ni adalah masyarakat di Kabupaten Wonogiri.
b. Wawancara
Wawancara
dilakukan dengan cara mewawancarai atau memberikan beberapa pertanyan kepada
pihak yang bersangkutan(informan) mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada di lingkungan mereka yaitu berkaitan dengan implikasi
terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan di kabupaten Wonogiri.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukanmelalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul
datamaupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada
penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagaistudi pendahuluan
karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada1000 responden, sedangkan pada
sampel kecil teknik wawancara dapatditerapkan sebagai teknik pengumpul data
(umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara
terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1.
Wawancara terstruktur artinya
peneliti telah mengetahui dengan pastiapa informasi yang ingin digali dari
responden sehingga daftarpertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti
juga dapatmenggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan materiallain
yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2.
Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara bebas, yaitu penelititidak menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan yangakan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin
pentingmasalah yang ingin digali dari responden
c. Melakukan
observasi langsung (Partisipan)
Melalui observasi langsung (partisipan), peneliti dapat
mengetahui secara langsung hal-hal maupun keadaan-keadaan yang sebenarnya
terjadi di Kabupaten Wonogiri.selain itu peneliti dapat pula mengilhami
penderitaan yang dialami.Cara kerja observasi ini adalah seorang peneliti
terjun secara langsung misalnya ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan,
sehingga secara otomatis seorang peneliti dapat mengetahui makanan-makanan yang
di konsumsi dan dapat mengetahui seberapa layak makanan itu untuk
dikonsumsi.Sehingga nformasi yang di peroleh dapat relefan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan di lingkungan tersebut.
d. Dokumentasi
Pengumpulan data yang diperoleh dari masyarakat/objek
penelitian yang berupa informasi deskriptif, tabel, ataupun gambar.Beberapa
komponen tersebut dapat di jadikan suatu dokumentasi yang nantnya menjadi
fondasi dari laporan yang akandibuat. Data yang di maksud adalah data laporan
jumlahpenderita gzi buruk beberapa tahun terakhir, data laporan kematian akibat
wabah penyakit gizi buruk,laporan dari hasil survey, observasi, maupun laporan
informan dari masyarakat di kabupaten Wonogiri yang relefan dengan penulisan
karya llmiah ini.
E. Teknk Analisis Data
Dalam hal ini penulis bermaksud untuk menjelaskan teknik
analisis data dengan dua penjelasan sekaligus.Hal ini bertujuan agar tercapai
kebenaran suatu data.Teknik analisis data
terdiri dari tiga komponen:
1.
Reduksi data, merupakan bentuk
analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
diambil.
2.
Penyajian data, adalah kegiatan
ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga member kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data dapat
berupa:
a.
Teks naratif, yaitu berbentuk
catatan lapangan
b.
Matriks, grafik, jaringan maupun
bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang
sedang terjadi.
3.
Penarikan kesimpulan, dilakukan
peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan
pengumpulan data, mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(teori), penjelasan-penjelasan. Kesimpulan ini ditangani secara longga, tetap
terbuka dan skeptik, tetapi kesimpulan
sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat
menjadi lebih mengakar dan jelas. Sesuai dengan
metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode analisis interaktif.
Selain itu peneliti juga akan mempertegas data dengan
menggunakan analisis lanjutan sebagai berikut :
Dalam
hal ini digunakan penelitian dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian
dengan mengumpulkan data-data dalam bentuk informasi deskriptif mengenai suatu
objek, kemudian dalam metode ini juga berusaha membandingkan antara hasil
penelitian dari suatu informan atau dari lapangan dengan teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini.Sehingga dari hasil perbandingan tersebut dapat
diambil suatu kesimpulan yang dapat memberikan saran atau perbaikan melalui
tahap-tahap pemeriksaan operasional. Adapun tahap-tahap operasional yang
dimaksud sebagai berikut :
a. Persiapan
pendahuluan
-
Untuk mengetahui
lingkungan atau keadaan lingkungan tempat yang dijadikan penelitian, dalam hal
ini di Kabupaten Wonogiri.
-
Untuk mengetahui
permasalahan yang ada di lingkungan tersebut, sehingga untuk selanjutnya dapat
dilakukan suatu tindak lanjut.
b. Penelitian
lapangan
-
Untuk mengetahui
luasnya pemeriksaan dan penelitian yang akan dilakukan.
-
Untuk menemukan
focus kajian dan penelitian yang akan dilakukan.
-
Untuk mengetahui
alat yang digunakan untuk mencapai objek yang akan diteliti, serta digunakannya
daftar pertanyaan untuk mengetahui data serta informasi dari objek melalui
seorang informan dengan menggunakan daftar pertanyaan.
c. Program
pemeriksaan
Membuat
perencanaan pemeriksaan dalam bentuk dokumen tertulis yang berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan.
d. Pelaksanaan
pemeriksaan
Melaksanakan
langkah-langkah yang ada dalam program pemeriksaan, sehingga data-data yang
terkait dengan tujuan pemeriksaan dalam penelitian ini dapat diperoleh dan
falid .
e. Laporan
dan Tindak Lanjut
-
Melaporkan hasil
temuan dan rekomendasi.
-
Memberikan
alternatif pemecahan jika ditemukan kesalahan.
F. Validitas
Data
Dalam suatu penelitian sudah
semestinya mengharapkan data, Ilmu, serta informasi yang benar-benar terjamin
akurasinya atau dalam kata lain data yang didapatkan adalah data falid. Untuk
mendapatkan faliditas data yang di inginkan maka harus dilakukan suatu tndakan
lanjutan setelah informasi di dapatkan, tindakan-tindakan lanjutan yang
dimaksud adalah :
1. Triangulasi
Sumber
Triangulasi sumber ini
di gunakan untuk mengkaji dan mengolah data yang sudah di dapatkan dari
lapangan dengan data-data atau sumber-sumber yang lain yang diperoleh dari
literature ataupun sumber lain. Sehingga dengan triangulasi data ini seorang
peneliti dapat benar-benar memahami serta dapat memilah data sehingga data-data
dari sumber yang ada, yang akan di gunakan dapat relefan dengan penelitian yang
di lakukan dan dapat di temukan faliditas data peneltian yang diharapkan.
2. Review
Informan
Dari seorang informan,
peneliti dapat memperoleh data lapangan atau data langsung dari lokasi
berkaitan dengan keadaan yang dirasakan.Namun dari data informan yang berhasil
di kumpulkan, haruslah dilakukan review.Hal ini di lakukan agar pembaca dapat
mengerti dengan informasi yang diberikan sehingga kata-katanya tidak panjang
lebar namun dari segi isi kurang bisa dipahami. Maka dari itu untuk menanggulangi
hal tersebut di buatlah review untuk mempertegas isi atau data yang didapatkan,
sehingga didapatlah faliditas data yang jelas dan tegas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Lokasi Penelitian
Kabupatan
Wonogiri merupakan sebuah daerah kabupaten
di Jawa Tengah.Secara
geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah.
Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan
langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan
Wonosari di provinsiYogyakarta,
Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur,
yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten
Pacitan. Ibu kotanya terletak di Wonogiri Kota. Luas kabupaten ini 1.822,37
km² dengan populasi 1,5 juta jiwa.
Sejarah
berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di
bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri.Di daerah inilah
dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan
yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, dan dikemudian hari menjadi
simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan
Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden
Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri ( Wiradiwangsa) yang kemudian
didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.Mulai saat itulah Nglaroh
(Wonogiri) menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan
peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon
tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro: Angrasa retu
ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi
hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri Linuwih),
Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala
punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan
walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden
Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial.
Jerih
payah pengeran Samber Nyawa ( Raden
Mas Said ) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi
Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (
KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena
berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan
pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh
rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak
tempat wisata yang bisa dikunjungi.Baik wisata spiritual, petualangan, wisata
alam dan lain sebagainya.Di antaranya obyek wisata Waduk Gajah Mungkur, wisata gantole.Terdapat
sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di dusun Dlepih,
Tirtomoyo, yang jaraknya kurang lebih 47 km dari ibu kota kabupaten Wonogiri.
Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin
oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan
Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk masa jabatan 2010-2015.Dalam jalannya roda
pemerintahan, bertumpu pada semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan
dari STABILITAS, UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT
JUANG.
B.
Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah penulis
melakukan observasi dan penelitian di Kabupaten Wonogiri tepatnya di tiga
distrik yang membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri yaitu di distrik
Wuryantoro, di Distrik Wonogiri, dan di distrik Jatisrono, di mana ketiga
distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten Wonogiri. Sehingga
melalui penelitian di tiga distrik tersebut
penulis mendapatkan data serta informasi yang digunakan untuk menjawab
persoalan mengenai implikasi yang ditimbulkan dari adanya penyakit gizi buruk
kaitannya dengan jaminan kesejahteraan yang di janjikan oleh pemerintah pusat,
maupun pemerintahan daerah, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
Dari
data yang berhasil di himpun peneliti dari hasil wawancara kepada informan,
maupun kegiatan observasi langsung ke lapangan, di temukan ketidaksesuaian
antara yang seharusnya dan senyatanya.Mulai dari kurang efektinya program
kesejahteraan dari pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sampai pada kurangnya
responsibilitas pemerintah daerah mengenai wabah gizi buruk di Kabupaten
Wonogiri. Berkaitan dengan hal tersebut, data serta informasi yang di peroleh
peneliti dapat menghasilkan suatu rumusan pembahasan sebagai berikut :
1.
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Penyakit Gizi Buruk Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri
Menurut Undang-undang Republik Indonesia
No.6 Tahun 1974, kesejahteraanmerupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan,
dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.Ungkapan
Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tersebut seolah memberikan
penggambaran yang jauh pada keadaan sebenarnya dan cenderung palsu, Hal ini
didasarkan pada keadaan di Kabupaten Wonogiri.
Berkaitan
dengan pembahasan yang di angkat dalam karya ilmiah ini, mengenai satu wabah
penyakit yang membelit masyarakat di sebagian daerah di Kabupaten Wonogiri,
nyatanya memberikan pencerminan bahwa isi pancasila pada alenia ke-4 tersebut
belum seluruhnya berjalan dengan baik.Hal ini tidak sejalan pula dengan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28
H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Menurut
salah satu informan (Evita Tri Purnamasari 19 tahun) dari Eromoko Wonogiri,
mengungkapkan bahwa adanya penyakit gizi buruk khususnya di Eromoko Wonogiri
telah banyak berdampak pada penurunan stabilitas ekonomi, pasalnya dengan
adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia karena adanya
penyakit gizi buruk akan berpengaruh pula pada perekonomian di kawasan
tersebut. Pendapat dari informan tersebut dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan program-program kesehatan sehingga dapat meminimalisir kasus gizi
buruk di Kabupaten Wonogiri. Selain banyak berdampak pada perekonomian
kemasyarakatan, wabah gizi buruk ini dapat pula berdampak pada penurunan
kesejahteraan, hal ini dapat di gambarkan dengan teori yang mendasari karya
ilmiah ini, yaitu teori Contractarian (Albert dan Hahnel,
dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa individu yang rasional
akan setuju dengan adanya kebebasan yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari
teori ini adalah setiap individu mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan
seseorang baik dari segi jasmani maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan,
terbebas dari segala macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar),
untuk mencapai suatu keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.Sehingga
melalui teori ini dapat diungkap bahwa kesejahteraan itu dapat di capai apabila
terdapat ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan terbebas dari segala macam
hambatan termasuk di dalamnya wabah penyakit.Sehingga, dengan demikian
penurunan kesejahteraan merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari
adanya gizi buruk di Kabupaten Wonogiri.
Dari beberapa dampak yang
ditimbulkan dari adanya penyakit gizi buruk tersebut mengundang keprihatinan
pada semua pihak, bahkan dalam salah satu sumber telah dikutip ungkapan Bupati
Kabupaten Wonogiri, beliau mengatakan bahwa beliau merasa sangat prihatin dan sedih
mendapatkan laporan bahwa masih ada anak menderita gizi buruk di sejumlah
kecamatan. Karena itu bupati Wonogirimemerintahkan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk bergerak cepat melakukan penanganan-penanganan, agar puluhan
anak yang tersebar di 13 kecamatan itu bisa dipulihkan dan diselamatkan.
Kabupaten
Wonogiri merupakan daerah yang terkenan dengan hasil buminya terutama hasil
umbi-umbian.Singkong merupakan salah satu hasil bumi dari Wonogiri yang banyak
di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik di konsumsi maupun
diperjual-belikan.Namun, sumber daya alam yang berlimpah di Kabupaten Wonogiri,
nyatanya tidak dapat menghindarkan masyarakatnya dari adanya wabah gizi
buruk.Hal yang demikian itulah yang menjadi tolak ukur baru pemerintah
Kabupaten Wonogiri dalam rangka menanggulangi dampak buruk dari adanya penyakit
gizi buruk.
2.
Peran
Serta Pemerintah Setempat Dalam Rangka Memperkecil Angka Penderita Gizi Buruk
Sehingga Tercipta Keadaan Yang Sejahtera Di Kabupaten Wonogiri
Penanggulangan
masalah penyakit gizi buruk di wonogiri nyatanya tidak serta merta hanya bisa
di lakukan oleh pemerintah kabupaten Wonogiri saja, namun peran serta
masyarakat umum untuk ikut berpartisipasi dalam rangka penanggulangan wabah
gizi buruk ini sangat di butuhkan.Hl ini dikarenakan pembangunan kesehatan
merupakan salah satu aspek penting dalampembangunan nasional secara menyeluruh.Pembangunan
di bidang kesehatan sangatterkait dengan keadaan kesejahteraan di suatu
wilayah, kesejahteraan inilah yang seharusnya tetap di perjuangkan karena
kesejahteraan merupakan salah satu dari tujuan Negara Republik Indonesia.Desentralisasi
bidang kesehatan yang telah disusun pada bulan Januari 2001dikembangkan menjadi
langkah strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan dantantangan yang
dihadapi pusat dan daerah di Kabupaten Wonogiri.Oleh karena itu perlu adanya
peraturanuntuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan berbagai pedoman
teknis.Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yangmengatur
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah mengandungkonsekuensi
bahwa masing-masing daerah harus memiliki sistem kesehatan tersendiri,termasuk
dukungan dalam menyusun sistem informasinya.Hal ini menunjukan bahwa peran
serta masing-masing daerah dalam rangka menanggulangi wabah gizi buruk dapat di
galakkan.Para
pendiri bangsa telah bersusah payah mencantumkan kesejahteraan umum sebagai
salah satu tujuan Negara, hal ini seharusnya tetap dihargai para penerus bangsa
dengan terus menerus mengadakan program-program pemerataan kesejahteraan bagi
masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut untuk mencegah serta menanggulangi
adanya penyakit gizi buruk serta mengadakan upaya pemerataan kesejahteraan
masyarakat di kabupaten wonogiri, pemerintah setempat mengadakan beberapa
program kerja.
Peran serta pemerintah daerah kini
sudah dilakukan dengan berbagai cara dan melalui berbagai aspek, kaitannya
dengan masalah penanggulangan dan pencegahan penyakit gizi buruk, Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonogiri mencanangkan berbagai program kesehatan yaitu
program pemberian susu geratis kepada anak-anak usia 5 sampai 12 tahun atau
anak usia SD, praktek program ini banyak membantu masyarakat di Kabupaten
Wonogiri terutama untuk anak-anak agar terpenuhi kebutuhan gizinya. Program
pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan
cukupberhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
cukupbermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan
yangmempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.Derajat kesehatan yang
optimaldapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan
yangmempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat di Kabupaten
Wonogiri.Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur
Harapan Hidup,Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, serta status Gizi
Masyarakat.
Adapun indikator hasil program yang ingin
di capai di kabupaten Wonogiri antara lain, terdiri atas indikator-indikator
untuk keadaanlingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan
kesehatan, sertaIndikator proses dan masukan, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk pelayanankesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen
kesehatan, dan kontribusi sector terkait.
Berkaitan dengan program pemberian susu gratis ini memdapatkan respon
positif dari masyarakat Kabupaten Wonogiri.
Peran serta selanjutnya dari
pemerintah daerah di kabupaten Wonogiri adalah penyelenggaraan klinik gizi
buruk, program ini adalah suatu program yang dilaksanakan sebagai tindak lanjut
dari penanganan para penderita gizi buruk agar tetap terkontrol stabilitas
kesehatannya, program ini tidak hanya menangani para penderita, namun juga
masyarakat luas kabupaten Wonogiri. karena pada hakekatnya Status gizi
seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatansecara umum,
karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapatmemperparah penyakit
infeksi secara langsung juga dapat menyebabkanterjadinya gangguan kesehatan
individual. Bahkan status gizi janin yang masihberada dalam kandungan dan bayi
yang sedang menyusui sangat dipengaruhioleh status gizi ibu hamil atau ibu
menyusui.
Selain program-program pemerintah
yang bersifat represif, pemerintah kabupaten Wonogiri juga menggalakan program
yang bersifat preventif dengan cara mangadakan program Upaya penyehatan
lingkungan yang dilaksanakan dengan lebih diarahkan padapeningkatan kualitas
lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif,preventif, dan
protektif. Adapun pelaksanaannya bersama-sama denganmasyarakat, diharapkan
secara epidemiologi(ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta
fakor yang terkait di tingkat populasi)akan mampu memberikankontribusi yang
bermakna terhadap kesehatan masyarakat.Namun demikian pada umumnya yang
menjadikan permasalahan utama adalahmasih rendahnya jangkauan program. Hal ini
lebih banyak diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain dana, adanya otonomi,
dan lain-lain. Sedangkanpermasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah
akses terhadap kualitaslingkungan yang masih sangat rendah.Lingkungan sehat
merupakan salah satupilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010.
Pemerintah
kabupaten Wonogiri juga menggalakan program kesejahteraan rakyat berupa
posyandu keliling, hal ini di lakukan mengingat posyandu merupakan kegiatan
yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama
masyarakat disekitarnya.Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat
tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat
ternyata belum dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih
banyak factor yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain
, sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih rendah, banyak kader posyandu
yang drop out, sarana dan prasarana belum memadai, termasuk krisis ekonomi yang
berkepanjangan yang tak kunjung usai.
Berkaitan
dengan program pemerintah kabupaten Wonogiri yang di ungkapkan dalam data di
atas, Hal inilah yang seharusnya senantiasa menjadi tindak lanjut pemerintah
mengingat pentingnya kesehatan bagi warga Negaranya. Terealisasikannya
program-program pemerintah pada sektor kesehatan dalam usahanya untuk menekan
kasus gizi buruk di negeri ini sangat di harapakan oleh warga masyarakat,
karena dengan lepasnya masyarakat dari masalah gizi buruk merupakan cermin
kesejahteraan bagi masyarakat, namun sebaliknya, terbelitnya masyarakat dengan
wabah gizi buruk merupakan cermin betapa minimnya kesejahteraan bagi
masyarakatnya, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
3.
Sebaran
Penderita Penyakit Gizi Buruk Sebagai Salah Satu Gambaran Kurang Meratanya
Kesejahteraan Bagi Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri
Setelah peneliti melakukan observasi
lapangan di Kabupaten Wonogiri terlihat adanya kesenjangan sosial antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain. Kesenjangan sosial merupakan suatu keadaan
yang menyatakan ketidak seimbangan antara hal yang satu dengan hal yang lain
yang terjadi di suatu wilayah tertentu dalam kehidupan masyarakat. Hal yang
demikian itulah yang menjadi gambaran saat ini di Kabupaten Wonogiri. Hal ini
didasarkan adanya daerah-daerah tertentu yang masih sangat tertinggal, misalnya
saja di daerah Eromoko Kabupaten Wonogiri, keadaan fisik wilayahnya masih di
domonasi oleh pepohonan dan persawahan, mayoritas penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai petani, sehingga pada saat musim kemarau timbul
pengangguran musiman. Keadaan yang demikian itu memicu timbulnya gizi buruk
karena terbatasnya alat pemenuhan kebutuhan, dengan demikian kesejahteraan
masyarakat di daerah Eromoko kabupaten Wonogiri masih sangat terbatas.Hal ini
sangat bertolak belakang dengan keadaan lingkungan dan distribusi kebijakan di
daerah Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Di daerah Slogohimo distribusi program
kesejahteraan rakyat seperti posyandu keliling dan kebijakan lain
terdistribusikan dengan baik. Karena letaknya yang cenderung mudah di jangkau,
sebagian besar masyarakat di daerah ini mempunyai pekerjaan tetap, mulai dari
buruh, berdagang, dan menjadi pegawai.Sehingga di daerah ini masyarakatnya
tidak satupun di temukan penderita gizi buruk, hal tersebut sangat di pengaruhi
oleh program-program kesejahteraan di kabupaten Wonogiri.
Menurut salah satu informan (Erlita
Fanilla Wati 19 tahun, dari Slogohimo, Wonogiri)mengungkapkan bahwa gizi buruk
di daerah Wonogri terutama di akibatkan Karena factor ekonomi, karena dengan
keadaan ekonomi yang kurang secara otomatis akan berdampak pada bahan makanan
yang bisa di beli, dalam hal ini bahan makanan yang dapat di beli sudah pasti
minim akan kandungan gizinya. Informan ini juga menyetujui tentang ketidakmerataan
kebijakan pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya. Karena di datu
wilayah sudah hidup secara berkecukupan dan di daerah tersebut tidak ada
satupun penderita gizi buruk, namun di daerah lain masih terdapat daerah dengan
penderita gizi buruk terbanyak seperti di eromoko.
Data
yang berhasil di himpun peneliti dari observasi yang dilakukan, di temukan data
yang menunjukan jumlah sebaran penderita di Kabupaten wonogiri kasus gizi buruk mencuat kepermukaan
setelahdinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada februari 2011 menggalakan klinik
pemulihan gizi buruk di tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan.Di distrik
Wuryantoro, ditemukan 38 anak, 16 di antaranya dalam keadaan yang cukup parah
sehingga perlu dikirim ke rumah sakit di Solo untuk mendapatakan penanganan intensif.
Rinciannya, kecamatan Wuryantoro 12 anak, Manyaran 10 anak, Eromoko I (4 anak),
Eromoko II (7 anak) dan Pracimantoro (5 anak).Sedangkan di Distrik Wonogiri,
ditemukan 38 anak penderita gizi buruk.Mereka terdeteksi di Puskesmas Wonogiri
I (31 anak), Selogiri (3 anak) dan di Nguntoronadi II (4 anak).Dari sekian itu,
13 anak diantaranya harus dirujuk ke RSUD Wonogiri.Lalu distrik Jatisrono
terdapat 22 anak gizi buruk.Yakni di Puskesmas Jatisrono I (4 anak), Jatisrono
II (4 anak), Jatiroto (5 anak), Jatipurno (3 anak) dan di Sidoharjo (6
anak).Dari jumlah itu, 11 di antaranya dirujuk ke RSUD Wonogiri dan RS Dr
Moewardi Surakarta.
Jika di analisis dengan
seksama kasus penyakit gizi buruk di kabupaten wonogiri tidak hanya terletak
pada satu atau dua daerah saja namun lebih dari itu, sebagian besar kecamatan
di kabupaten wonogiri terdapat beberapa orang yang mengalami gizi buruk,
sehingga menambah panjang daftar penderit gizi buruk di kabupaten
Wonogiri.selain itu, dengan merujuk data di atas sebaran wabah menunjukan tidak
meratanya distribusi kebijakan di masing-masing daerah, namun implementasi
program kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri jarang di pedulikan terutama di
daerah perkotaan seperti program posyandu. Padahal selama ini pemantauan
pertumbuhan terhadap balita dilakukan di posyandu.Karenanya diperlukan upaya
untuk meningkatkan kunjungan ke posyandu.Diperlukan berbagai cara untuk
menghidupkan kembali kegiatan posyandu. Terutama daerah perkotaan, sehingga
masyarakat kelas menengah atas mau berkunjung ke posyandu.
KMS
(Kartu Menuju Sehat) adalah alat pantau pertumbuhan yang sudah cukup baik, dari
sini diperlukan kesamaan pemahaman pola tumbuh balita.Sebagaimana diketahui,
dengan menggunakan KMS, kita bisa membedakan 5 pola tumbuh yaitu N1 dan N2 yang
diharapkan, T1, T2 dan T3 yang berupa gangguan.Kemudian setelah mengenali T,
bisa diberikan tindak lanjut terhadap penyimpangan dini pertumbuhan (T) dengan
pengobatan dan pemberian makanan dan minuman sehat. Menemukan Semua Kasus Gizi Buruk diperlukan usaha bersama
antara pemda dan masyarakat (itu kita, lho!) untuk menemukan semua kasus gizi
buruk. Yang terpenting adalah dengan menggunakan kriteria yang sama apa yang
disebut gizi buruk. Dan sarana yang digunakan adalah semua yang bisa digunakan
(semua perkumpulan, pengajian, arisan, pelayanan kesehatan, posyandu &
kunjungan rumah).Inilah yang sedang di lakukan pemerintah daerah Kabupaten
Wonogiri.Program Memulihkan Semua Kasus Gizi Buruk disini menunjukkan peran
Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas) jadi lebih nyata.
Dengan
adanya ketidakmerataan program kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri, menjadikan
pemerintah daerah harus senantiasa bersikap bijak dengan disertai dengan
dedikasi dan tanggung jawab dalam menangani kasus gizi buruk di kabupaten
Wonogiri.hal tersebut harus di lakukan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
sejahtera dan sejalan dengan tujuan Negara dalam alenia ke-4 pembukaan
Undang-undang Daar Negara Rerpublik Indonesia.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil peneltian yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri, dapat disimpulkan bahwa adanya penyakit gizi buruk khususnya di Eromoko
Wonogiri telah banyak berdampak pada penurunan stabilitas ekonomi, pasalnya
dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia karena
adanya penyakit gizi buruk akan berpengaruh pula pada perekonomian di kawasan
tersebut. Selain itu wabah gizi buruk ini dapat pula berdampak pada penurunan
kesejahteraan, hal ini dapat di gambarkan dengan teori yang mendasari karya
ilmiah ini, yaitu teori Contractarian (Albert dan Hahnel,
dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa individu yang rasional
akan setuju dengan adanya kebebasan yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari
teori ini adalah setiap individu mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan
seseorang baik dari segi jasmani maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan,
terbebas dari segala macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar),
untuk mencapai suatu keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.Sehingga
melalui teori ini dapat diungkap bahwa kesejahteraan itu dapat di capai apabila
terdapat ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan terbebas dari segala macam
hambatan termasuk di dalamnya wabah penyakit.
Di
kabupaten Wonogiri terdapat program-program pemerintah dalam rangka
meminimalisir angka penderita gizi buruk dan berupaya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, program yang di maksud adalah di canangkannya
posyandu keliling, pemberian susu gratis, dan peninjauan lapangan oleh dinas
Kesehatan Kabupaten Wonogiri. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan
kebijakan serta program yang di canangkan pemerintah kabupaten Wonogiri tidak
terdistribusikan dengan merata karena factor keterjangkauan, sehingga program
yang di galakkan tidak seluruhnya mencakup daerah-daerah di Kabupaten Wonogiri.
B.
Implikasi
Implkasi yang dapat dirumuskan dari
masalah yang ada adalah sebagai berikut
:
a.
Meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan
paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan dengan
memberikan gizi tambahan sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera.
b.
Meningkatkan
dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber
daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis,
termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
c.
Mengembangkan
sistem jaminan kesejahteraan sosial melalui pemberian fasltas meds geratis
seperti pengobatan geratis dan lan sebagainya.
d.
Membangun
ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaan
terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan mencegah timbulnya gizi
buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
e.
Memekan
angka penderta gizi buruk melalui pemerataan program peningkatan kesejahteraan
di Kabupaten Wonogiri.
C.
Saran
Untuk
memperbaiki pelayanan program kesejahteraan rakyat di Kabupaten Wonogiri,
penulis memberikan saran-saran untuk perbaikan sebagai berikut :
a.
Untuk
memberikan tunjangan gizi pada balita dan batita pemerintah dapat memberikan
susu gratis di posyandu.
b.
Memberikan
fasilitas kontrol gizi dengan cara menyelenggarakan puskesmas keliling.
c.
Dilakukannya
penyuluhan pemberian ASI eksklusif untuk menekan angka gizi buruk pada balita.
d.
Memberikan
tambahan makanan kepada balita dan manula seperti buah-buahan dan makanan
pendukung lainnya.
e.
Pemberian
tambahan vitamin A, D, E, dan K di sekolah dan di posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.giziburukdiWonogiri.online.(Sumber:http://www.solopos.com/2010 /angka-gizi-buruk-anak-mencapai-320 kasus-2151),Di
akses tanggal 8 April 2011.
Anonim.2010.Arti/definiskesejahteraanrakyat,online.(http://google.com/2010/12/ 21/arti-kesejahteraan rakyat/),Di
akses tanggal 23 April 2011.
Anonim.2007.teori ilmu sosial yang
membahas mengenai kesejahteraan
rakyat.online.(http://www.google.info/2007/12/teori
ilmu sosial.html l#ixzz1Iv4etz00),Di
akses tanggal 23 April 2011.
Undang-undang Republik Indonesia
No.6 Tahun 1974 mengenai kesejahteraan sosial.
Anonim.2008.penjelasan/teorikesejahteraanrakyat,online.(http://google.com/2008/ 212145/21/teori-kesejahteraan rakyat/),Di
akses tanggal 23 April 2011.
Pembukaan Undang-undang Dasar
Republik Indonesia tahun 194 alenia ke-4 mengenai
tujuan Negara dalam hal memajukan kesejahteraan umum.
Aninim.2009.penjelasanmengenaitriangulasi.onlne.(http/www.google.com/2011/3 228=g543/triangulasi), di akses tanggal 7 Mei
2011.
Aninim.2011.peran-pemerintah-kabupatenmengenaikasusgziburukdikabupaten
wonogiri.onlne.(http/http://www.google.co.id/#hl=id&q=PERAN+PEME RINTAH++KABUPATEN+Wonogiri&oq=PERAN+PEMERINTAH++K ABUPATEN+Wonogiri&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=7632788l 7644280l0l38l36l0l19l4l4l1256l8088l25.2.4.4.1.1&fp=d0cd7cf56a3d69d5 &biw=1280&bih=582), di akses tanggal 17 Mei 2011.
Aninim.2011.dampakgiziburukbagikesejahteraandikabupatenwonogiri.onlne.(http ://www.google.co.id/#hl=id&q=dampak+gizi+buruk&oq=dampak+gizi+b uruk&aq=f&aqi=g3&aql=&gs_sm=e&gs_upl=405227l418306l1l17l16l0l 5l5l0l1323l8232l21.1.2.1.4.2&fp=d0cd7cf56a3d69d5&biw=1280&bih=58 2), di akses tanggal 17 Mei 2011.
Aninim.2009.kebijakan-pemerintah-daerah.onlne.(http://els.Bappenas.go.id/ upload/ other/Akibat%20Gizi%20Buruk.htm),
di akses tanggal 17 Mei 2011.