Minggu, 24 Maret 2013

Posted by DeDY_NuGroho On 05.12

IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI



Disusun untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah
Yang diampu oleh : Susilo Tri Widodo, S.Pd
Oleh :
Dedy Ari Nugroho
(K6410014)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI
Disusun untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah
Yang diampu oleh : Susilo Tri Widodo, S.Pd
Oleh :
Dedy Ari Nugroho
(K6410014)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
MOTTO

“pengetahuan adalah satu-satunya kekayaan yang tidak bisa dilenyapkan. Hanya kematian yang mampu meredupkan lentera pengetahuan yang ada dalam dirimu”.
(Kahlil Gibrah)

“persahabatan tidak mungkin terjalin jika kita hanya memberikan sebagian dari diri kita sebab setiap jiwa berbeda dengan jiwa yang lain. Dalam persahabatan dan cinta, dua tangan terangkat berdampingan bersama untuk menemukan apa yang tidak dapat di capai sendiri”.
(Kahlil Gbrah)

“semua yang dilakukan oleh manusia pastilah ada salahnya, tap jangan anggap kesalahan itu menjadi dasar untuk menjatuhkannya”.
(KH. Abdurrahman Wahid)







                                                                              
KATA PENGANTAR

            Bismllahirrahmanirrahim
            Assalamualaikum Wr. Wb
            Alhamdulillah, segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmad, Hidayah, serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini dengan judul “IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI”.
            Penyusunan karya Ilmiah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah, yang merupakan salah satu mata kuliah yang diikuti mahasiswa semester 2.Dalam penyusunan karya Ilmiah ini penulis mengalami beberapa kesulitan, namun berkat bantuan dari pihak-pihak terkait karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan lancar.Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada       :
1.      Ayah dan bunda tercinta, yang senantiasa melantunkan doa untuk kelancaran studi penulis.
2.      Bapak Susilo Tri Widodo, S.Pd, yang senatiasa membimbing penulis serta senantiasa memberikan arahan dengan sabar dan bijak dalam rangka menyelasaikan penyusunan Karya Ilmiah ini.
3.      Teman-teman program studi PKn yang senantiasa memberikan support dan motivasinya sehingga dalam penyusunan karya llmiah ini jauh lebih bermakna.
4.      Terimakasih penulis sampaikan kepada Erlita Fanilla Wati, Sylvia Wida Ayuaini, dan Ibu satem yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
5.      Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, termakasih atas segala bantuannya.

            Penulis menyadari bahwa Karya lmiah ini masih sangat jauh dari sebuah kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.Akhir kata penulis ingin menyampaikan, semoga karya lmiah bermanfaat bagi semua pihak.
            Wassalamualaikum Wr. Wb

Surakarta,        Juni 2011

Penulis            













BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Kesejahteraan merupakan keadaan yang menunjukan kesetabilan, kondisi yang baik, serta kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai. Di Indonesia, kesejahteraan merupakan salah satu tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar Negara republik Indonesia pada alenia ke-4. Hal ini menunjukan bahwa salah satu tekad yang di jalankan Negara republik Indonesia adalah pencapaian adanya kehidupan yang sejahtera bagi warga negaranya.

            Beberapa program dan kegiatan telah di lakukan pihak pemerintah di segala sektor dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, di sisi lain beberapa masalah kesehatan dan sosial di masyarakat bermunculan sebagai salah satu cermin atau bentuk kurangnya kesejahteraan bagi mereka. Hal ini sejalan dengan permasalahan yang di angkat dalam karya ilmiah ini.Permasalahan yang dimunculkan dalam karya ilmiah ini adalah adanya kasus gizi buruk yang mewabah di masyarakat, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
            Penyakit gizi buruk atau kekurangan gizi merupakan gambaran atau keadaan seseorang yang mengalami kekurangan asupan gizi, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang seseorang terlebih untuk tumbuh kembang balita, bukan itu saja gizi buruk dapat juga berpengaruh pada perkembangan otak dan kecerdasan. Di Kabupaten Wonogiri banyak masyarakat yang terjangkit penyakit gizi buruk, yaitu pada tahun 2009 sampai dengan Februari 2011 jumlah penderita gizi buruk di tiga distrik membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Di distrik Wuryantoro, ditemukan 38 anak, 16 di antaranya dalam keadaan yang cukup parah sehingga perlu dirawat ke rumah sakit di Solo untuk mendapatakan penanganan intensif. Sedangkan di Distrik Wonogiri, ditemukan 38 anak penderita gizi buruk.Mereka terdeteksi di Puskesmas di wilayah kabupaten Wonogiri. Kemudian distrik Jatisrono terdapat 22 anak menderita gizi buruk, dari jumlah itu, 11 di antaranya dirujuk ke RSUD Wonogiri dan RS Dr Moewardi Surakarta.
            Beberapa hal tersebut tentu saja tidak mencerminkan isi dalam pembukaan undang-undang dasar Negara republik Indonesia pada alenia ke-4, di mana di dalamnya mengutarakan pula mengenai pencapaian atau tujuan Negara untuk memajukan kesejahteraan umum.Dengan adanya penyakit gizi buruk yang mewabah di negeri ini khususnya di kabupaten Wonogiri, seolah memberikan pencerminan bahwa isi pancasila pada alenia ke-4 tersebut belum seluruhnya berjalan dengan baik.Hal ini tidak sejalan pula dengan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
                        Berkaitan dengan hal tersebut, maka peningkatan program-program pemerintah kabupaten Wonogiri dalam rangka menekan angka gizi buruk di kabupaten wonogiri, sangat di harapkan. Program-program yang sudah berjalan di kabupaten wonogiri seperti pemberian makanan tambahan yang diberikan melalui Posyandu, kemudian program peninjauan lapangan, dan lain sebagainya harus di jalankan secara konsisten dan bertanggung jawab. Terealisasinya program-program pemerintah pada sektor kesehatan dalam usahanya menekan kasus gizi buruk dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di kabupaten Wonogiri sangat di harapakan oleh warga masyarakat, karena dengan lepasnya masyarakat dari masalah gizi buruk merupakan cermin kesejahteraan bagi masyarakat, namun sebaliknya, terbelitnya masyarakat dengan wabah gizi buruk merupakan cermin betapa minimnya kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
                                Dari uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk menelusuri masalah yang ada. Sehingga dalam penulisan ini, penulis memilih judul : “IMPLIKASI TERJADINYA GIZI BURUK TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOGIRI”.

B.     Perumusan Masalah
            Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Seberapa besar dampak yang di timbulkan dari penyakit gizi buruk terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupaten Wonogiri ?
2.      Bagaimanakah peran serta pemerintah setempat dalam rangka memperkecil angka penderita gizi buruk sehingga tercipta keadaan yang sejahtera di Kabupaten Wonogiri ?
3.      Bagaimanakah sebaran penderita penyakit gizi buruk sebagai salah satu gambaran kurang meratanya kesejahteraan masyarakat di kabupaten Wonogiri ?


C.    Tujuan Penulisan
            Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penulisan dapat di rumuskan sebagai berikut :
1.      Mengetahui besarnya dampak yang ditimbulkan dari adanya wabah penyakit gizi buruk terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wonogiri.
2.      Mengetahui peran serta pemerintah setempat dalam rangka memperkecil angka penderita gizi buruk sehingga tercipta keadaan yang sejahtera di Kabupaten Wonogiri.
3.      Menganalisis dan mengetahui sebaran penderita penyakit gizi buruk sebagai yang merupakan salah satu gambaran kurang meratanya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wonogiri.

D.    Manfaat Penulisan
            Data serta informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang dimaksud :
1.      Bagi Pembaca
Hasil penulisan ini akan memberikan informasi serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat mengenai gambaran dan bentuk realisasi dari salah satu tujuan Negara yaitu mewujudkan kesejahteraan umum, dalam hal ini dikaitkan dengan wabah penyakit gizi buruk di Kabupaten Wonogiri.
2.      Bagi Penulis
Penulisan dan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk memperkaya diri dengan pengalaman serta ilmu pengetahuan mengenaibentuk realisasi dari salah satu tujuan Negara yaitu mewujudkan kesejahteraan umum, dalam hal ini dikaitkan dengan wabah penyakit gizi buruk di Kabupaten Wonogiri. Serta melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang nyata bagi diri penulis agar, tetap tanggap akan keadaan masyarakat di sekitar yang membutuhkan bantuan, agar benar-benar terwujud kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kajian Teori

1.      Kesejahteraan
            Dalam istilah umum, kesejahteraanmerupakan suatu keadaan yang menunjukan atau menggambarkan keadaan yang stabil dan baik, dalam kata lain kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaansehat serta memiliki keadaan yang damai. Berkaitan dengan definisi tersebut keadaan yang sejahtera merupakan harapan serta dambaan dari setiap insan yang hidup di dunia ini. Di Indonesia, kesejahteraan merupakan salah satu tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar Negara republik Indonesia pada alenia ke-4. Hal ini menunjukan bahwa salah satu tekad yang di jalankan Negara republik Indonesia adalah pencapaian adanya kehidupan yang sejahtera bagi warga negaranya.
                        Arthur Dunham dan Dwi Heru Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas.Pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
            Devinisi yang lain mengenai pengertian kesejahteraan di ungkapkan oleh Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco (1991) :
“welfare Is the organized system of social services and institutions,designed to aid individuals and grous to attain satisfying standards of life and health, and personal and social relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in harmony with the needs of their families and the community”.
Yang diartikan bahwa kesejahteraan merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.
            Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.Menurut PBB, kesejahetaran adalah suatu kegiatan yang terorganisasi dalam tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.     
            Arthur Dunham, mengemukakan kesejahteraan sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam badan atau usaha sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segia sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (disadventaged groups).   
            Beberapa definisi diatas menunjukkan konsep kesejahteraan sebagai suatu sistem yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.Tujuan sistem adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan kemampuan individu baik dalam memecahkan masalah maupun dalam memenuhi kebutuhannya, untuk itu pengertian kesejahteraan sosial adalah suatu aktifitas yang terorganisasi yang ditujukan untuk membantu tercapainya suatu penyesuaian timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Pekerjaan sosial sendiri berada diposisi sebagai profesi yang bertugas menyelenggarakan serta membantu manusia menggunakan program-program/pelayanan-pelayanan kesejahteraan sosial.Kesetabilan kehidupan merupakan titik awal adanya unsur sejahtera dalam kehidupan seseorang.Berkaitan dengan hal tersebut dapat di artikan pula bahwa kesejahteraan rakyat identik dengan adanya pemenuhan kebutuhan yang di perlukan bagi kehidupan seseorang.
            Dari beberapa definisi serta hakekat dari kesejahteraan di atas, maka dalam kajian teori ini, kesejahteraan rakyat dapat di kaitkan dengan tiga teori mengenai kesejahteraan, yaitu teori classical utilitarian, teori neoclassical welfare, dan teori new contactarian yang kesemuanya di ungkapkan oleh Albert dan Hahnel. Ketiga teori yang dimaksud dapat di jelaskan sebagai berikut :
a.       Teori Classical Utilitarian (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa suatu kesejahteraan berarti menekankan bahwa kesenangan (pleasure) dan kepuasan (utility) seseorang dapat di ukur dan bertambah, hal ini dapat terlihat dari keadaan fisik dan psikis seseorang yang menikmati kesejahteraan itu. Menurut teori ini tingkat kesejahteraan yang berbeda yang dirasakan oleh individu yang sama dapat di jadikan perbandingan, sehingga dapat dimengerti hakekat dari suatu kesejahteraan. Prinsip teori ini adalah prinsip untuk meningkatkan sebanyak mungkin kesejahteraan bagi dirinya. Sedangkan bagi masyarakat peningkatan kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupannya.
b.      Teori Neoclassical Walfare (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa tercapainya kesejahteraan itu Karena adanya tindakan individu yang mendasarinya, hal yang demikian itu dimaknai sebagai necessary conditionatau kondisi yang penting dalam rangka mencapai suatu kesejahteraan. Selain itu teori ini menjelaskan pula mengenai fungsi kesejahteraan yang merupakan fungsi dari semua kepuasan individu.
c.       Teori Contractarian (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari teori ini adalah setiap individu mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan seseorang baik dari segi jasmani maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan, terbebas dari segala macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar), untuk mencapai suatu keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.

            Berdasarkan atas beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang sangat terkait dengan tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang diinginkan.Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu perilaku (behavioral) yang dapat memaksimalkan tingkat kesejahteraan sesuai dengan sumber daya yang tersedia, termasuk didalamnya terlepas dari beban dan hambatan salah satunya adalah lepasnya dari wabah penyakit.
2.      Gizi buruk
            Penyakit gizi buruk atau kekurangan gizi merupakan gambaran atau keadaan seseorang yang mengalami kekurangan asupan gizi, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang seseorang terlebih untuk tumbuh kembang balita, bukan itu saja gizi buruk jugadapat berpengaruh pada perkembangan otak dan kecerdasan. Berkaitan dengan hal tersebut maka gizi buruk merupakan suatu keadaan yang tidak mencerminkan keadaan sejahtera dari segi badan, jiwa, dan sosial yang tidak memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dalam kehidupan bermasyarakat.Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawat, sehingga hal tersebut memungkinkan seseorang untuk senantiasa hidup sejahtera, jika di tinjau dari keadaan fisik dan psikis yang dimiliki.Gizi buruk merupakan salah satu jenis penyakit yang sering di alami oleh orang-orang yang keadaannya kurang sejahtera, baik di tinjau dari segi lingkungan hidup, maupun kurang meratanya distribusi sumber daya yang tersedia.
            Berdasarkan data dan informasi yang ditegaskan di atas, hal tersebut sejalan dengan teori gerontologia yang di ungkapkan oleh Michel Foucault, dalam teori ini mengidentifikasi bahwa kesehatan dan kesejahteraan muncul sebagai driver penting yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercukupan unsur kehidupan termasuk didalamnya unsur atau kebutuhan akan hidup layak, mapan dan sehat, agar dalam setiap tatanan kehidupan tidak terjadi kesenjangan.Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa, dalam teori ini mengaitkan antara kekuatan medis dengan usaha mensejahterakan komponen Negara, sehingga keterkaitan tersebut merupakan titik puncak dari teori ini.


B.     Kerangka Pemikiran
            Untuk menyelesaikan masalah dalam suatu penelitian, diperlukan kerangka atau metode-metode yang digunakan untuk mengolah dan menguji data-data yang ada sehingga di peroleh suatu data serta informasi yang akurat. Pada bab ini akan dibahas mengenai metode atau kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran yang dimaksud dapat dinyatakan dengan suatu penjelasan (deskriptif) atas kerangka berpikir dengan dilengkapi dengan suatu bagan atau skema. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebagai berikut :

a.      Penjelasan atas Kerangka Berpikir
            Sebelum sebuah kerangka berpikir di tuangkan ke dalam suatu bagan atau skema, dalam hal ini penulis bermaksud menjelaskan terlebih dahulu ke dalam suatu bentuk penjelasan atau deskriptif. Kerangka berpikir dalam karya ilmiah ini di awali dengan memunculkan suatu permasalahan, karena dengan munculnya suatu permasalahan maka dapat diketahui objek kajian serta penelitian yang akan dilakukan. Sehingga ada suatu fokus permasalahan yang akan di teliti. Dalam hal ini permasalahan yang akan di angkat berkaitan dengan Implikasi terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri.

            Setelah dimunculkannya suatu permasalahan, Kerangka berpikir selanjutnya adalah menemukan teori yang dapat mendukung keterkaitan antara permasalahan dan alternatif pemecahan.Dalam hal ini teori yang digunakan adalah teori gerontologia (Michel Foucault), teori classical utilitarian, teori neoclassical welfare, dan teori new contactarian (Albert dan Hahnel). Kerangka berpikir selanjutnya dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah adnya metode yang di gunakan, dalam hal ini metode yang akan digunakan adalah metode analisis data kualitatif, Yaitu membandingkan antara teori-teori yang ada dari literature yang ada, sehingga dari hasil perbandingan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat mengarah ataupun mencapai suatu akurasi data. Setelah melakukan identifikasi atas permasalahan, teori, serta membandingkan data yang ada dengan referensi yang di temukan, akan di dapat suatu hasil penelitian yang di dalamnya berisi akurasi data dari penelitian yang dilakukan, dalam hal ini adalah data mengenai implikasi terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di kabupaten Wonogiri. Sehingga data serta informasi yang akan di cantumkan dalam suatu laporan serta tindak lanjut yang terjamin akurasinya.























b.      Bagan Atau Skema Kerangka Berpikir
            Dari beberapa penjelasan mengenai kerangka berpikir atas karya ilmiah ini, maka dalam hal ini dapat dijelaskan pula dengan menggunakan suatu bagan atau skema, bagan atau skema yang dimaksud dapat dinyatakan sebagai berikut :
Implikasi yang di timbulkan
Penyakit gizi buruk
Masyarakat di Kabupaten Wonogiri
Minimnya Kesejahteraan Rakyat
 




                                                                                               

                                                                                                                                            
Klarifikasi dengan Teori Gerontologia, Classical Utilitarian, teori Neoclassical Welfare, dan teori New Contactarian.
 

                                                 

                                                  
Metode analisis data kualitatif
Implikasi terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Wonogiri
 







                                                                                                                              
Laporan Hasil Penelitian
Memberikan Alternatif Pemecahan
 


BAB III
METODE PENELITIAN

            Untuk menyelesaikan masalah dalam suatu penelitian, diperlukan metode-metode yang digunakan untuk mengolah dan menguji data-data yang ada, sehingga diperoleh suatu hasil yang baik. Pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yang digunakan.
A.    Karakteristik Penelitian
      Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian kualitatif, dengan penelitian yang dilakukan akan didapatkan informas deskriptif tentang suatu permasalahan. Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat rumus-rumus hitungan angka, namun lebih ke arah pendiskripsian permasalahan, dengan di pertegas dengan teori-teori dan literature kajian untuk mendapatkan akurasi data.Sehingga dengan menggunakan metode penelitian kualitatif permasalahan Implikasi terjadnya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wonogiri, dapat di ungkap dengan baik.

      Argumen yang lain yang berhubungan dengan metode kualitatif, menyatakan bahwa metode penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dalam bentuk informasi deskriptif mengenai suatu objek.Kemudian dalam metode ini juga berusaha membandingkan antara hasil penelitian dari suatu informan atau dari lapangan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga pada akhirnya diperoleh faliditas data yang akan di sajikan.
Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang dikatakan oleh Creswell (1998:15) bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Nawawi (1990:64) mengatakan  bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Menurut H. B Sutopo (2002:110) penelitian deskriptif merupakan penelitian tingkat kedua, yang merupakan pengembangan lanjut dari penelitian eksploratif.


B.     Tempat dan Waktu Penelitian
            Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di daerah Kabupaten Wonogiri tepatnya di tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Distrik yang dimaksud adalah di distrik Wuryantoro, di Distrik Wonogiri dan di distrik Jatisrono, di mana ketiga distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten Wonogiri.Alasan memilih daerah ini di karenakan di kabupaten Wonogiri merupakan sebaran terbanyak penyakit gizi buruk di wilayah Jawa Tengah.Sehingga hal ini menimbulkan ketertarikan peneliti untuk mengkajinya.



           


Waktu penelitian dalam hal ini dapat dijelaskan dalam matrik sebagai berikut :
WAKTU KEGIATAN
No
Kegiatan
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Pra pelaksanaan
·    Pengamatan Lokasi

















·    Pengamatan Objek

















·    Menganalisis Lokasi & objek penelitian
















2
Pelaksanaan
·    Melaksanakan wawancara dengan informan dan survey di lokasi tentang keadaan sebenarnya.

















·    Pemilahan data penelitian.
















4
Evaluasi hasil penelitian
















5
Laporan Akhir penelitian.




















C.    Sumber Data
            Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data yang berasal dari tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri.Distrikyang dimaksud adalah di distrik Wuryantoro, di Distrik Wonogiri dan di distrik Jatisrono, di mana ketiga distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten Wonogiri. Data itu di peroleh dengan cara observasi.

            Selain mengandalkan data yang diperoleh di lapangan secara langsung dengan cara observasi, sumber data yang lain dalam penelitian ini juga didapatkan dari Dinas kesehatan Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikarenakan peneliti dapat mendapatkan informasi masyarakat-masyarakat yang terkena wabah gizi buruk beserta rincian nama, serta tindak lanjut medis yang dilakukan, sehingga dapat diketehui seberapa besar usaha peningkatan kesejahteraan rakyat yang dilakukan di kabupaten Wonogiri.

            Lokasi-lokasi pengumpulan data yang telah di sebutkan di atas, dapat dilakukan dengan dilakukannya wawancara dengan seorang informan.Informan yang dimaksud dapat berasal dari masyarakat kabupaten Wonogiri yang dalam hal ini berperan sebaga objek penelitian, baik keluarga yang terkena wabah penyakit gizi buruk ataupun orang yang terjangkit adanya penyakit gizi buruk di Kabupaten Wonogiri.selan itu informan juga dapat berasal dari pihak dinas kesehatan Kabupaten Wonogiri. setelah di lakukan semacam wawancara, informasi yang di dapatkan kemudian di dokumentasikan, dokumentasi ini adalah data yang sekiranya selaras dengan penelitian yang dilakukan, baik dalam bentuk tulisan/deskriptif, gambar ataupun grafik yang relevan serta layak untuk disajikan.


D.    Teknik Pengumpulan Data
            Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a.       Survey
            Tahap ini dilakukan dengan mengamati secara langsung pada objek penelitian. Dalam hal ni adalah masyarakat di Kabupaten Wonogiri.

b.      Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai atau memberikan beberapa pertanyan kepada pihak yang bersangkutan(informan) mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di lingkungan mereka yaitu berkaitan dengan implikasi terjadinya gizi buruk terhadap peningkatan kesejahteraan di kabupaten Wonogiri. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukanmelalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul datamaupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagaistudi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapatditerapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1.      Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pastiapa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftarpertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapatmenggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan materiallain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2.      Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu penelititidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yangakan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin pentingmasalah yang ingin digali dari responden
c.       Melakukan observasi langsung (Partisipan)
            Melalui observasi langsung (partisipan), peneliti dapat mengetahui secara langsung hal-hal maupun keadaan-keadaan yang sebenarnya terjadi di Kabupaten Wonogiri.selain itu peneliti dapat pula mengilhami penderitaan yang dialami.Cara kerja observasi ini adalah seorang peneliti terjun secara langsung misalnya ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan, sehingga secara otomatis seorang peneliti dapat mengetahui makanan-makanan yang di konsumsi dan dapat mengetahui seberapa layak makanan itu untuk dikonsumsi.Sehingga nformasi yang di peroleh dapat relefan dengan usaha peningkatan kesejahteraan di lingkungan tersebut.

d.      Dokumentasi
            Pengumpulan data yang diperoleh dari masyarakat/objek penelitian yang berupa informasi deskriptif, tabel, ataupun gambar.Beberapa komponen tersebut dapat di jadikan suatu dokumentasi yang nantnya menjadi fondasi dari laporan yang akandibuat. Data yang di maksud adalah data laporan jumlahpenderita gzi buruk beberapa tahun terakhir, data laporan kematian akibat wabah penyakit gizi buruk,laporan dari hasil survey, observasi, maupun laporan informan dari masyarakat di kabupaten Wonogiri yang relefan dengan penulisan karya llmiah ini.


E.     Teknk Analisis Data
Dalam hal ini penulis bermaksud untuk menjelaskan teknik analisis data dengan dua penjelasan sekaligus.Hal ini bertujuan agar tercapai kebenaran suatu data.Teknik analisis data terdiri dari tiga komponen:
1.                  Reduksi data, merupakan bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
2.                  Penyajian data, adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga member kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data dapat berupa:
a.       Teks naratif, yaitu berbentuk catatan lapangan
b.      Matriks, grafik, jaringan maupun bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi.
3.                  Penarikan kesimpulan, dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (teori), penjelasan-penjelasan. Kesimpulan ini ditangani secara longga, tetap terbuka dan skeptik, tetapi kesimpulan  sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih mengakar dan jelas. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis interaktif.

      Selain itu peneliti juga akan mempertegas data dengan menggunakan analisis lanjutan sebagai berikut :
Dalam hal ini digunakan penelitian dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian dengan mengumpulkan data-data dalam bentuk informasi deskriptif mengenai suatu objek, kemudian dalam metode ini juga berusaha membandingkan antara hasil penelitian dari suatu informan atau dari lapangan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.Sehingga dari hasil perbandingan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat memberikan saran atau perbaikan melalui tahap-tahap pemeriksaan operasional. Adapun tahap-tahap operasional yang dimaksud sebagai berikut :

a.       Persiapan pendahuluan
-          Untuk mengetahui lingkungan atau keadaan lingkungan tempat yang dijadikan penelitian, dalam hal ini di Kabupaten Wonogiri.
-          Untuk mengetahui permasalahan yang ada di lingkungan tersebut, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan suatu tindak lanjut.
b.      Penelitian lapangan
-          Untuk mengetahui luasnya pemeriksaan dan penelitian yang akan dilakukan.
-          Untuk menemukan focus kajian dan penelitian yang akan dilakukan.
-          Untuk mengetahui alat yang digunakan untuk mencapai objek yang akan diteliti, serta digunakannya daftar pertanyaan untuk mengetahui data serta informasi dari objek melalui seorang informan dengan menggunakan daftar pertanyaan.
c.       Program pemeriksaan
Membuat perencanaan pemeriksaan dalam bentuk dokumen tertulis yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

d.      Pelaksanaan pemeriksaan
Melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam program pemeriksaan, sehingga data-data yang terkait dengan tujuan pemeriksaan dalam penelitian ini dapat diperoleh dan falid .

e.       Laporan dan Tindak Lanjut
-          Melaporkan hasil temuan dan rekomendasi.
-          Memberikan alternatif pemecahan jika ditemukan kesalahan.

F.     Validitas Data
            Dalam suatu penelitian sudah semestinya mengharapkan data, Ilmu, serta informasi yang benar-benar terjamin akurasinya atau dalam kata lain data yang didapatkan adalah data falid. Untuk mendapatkan faliditas data yang di inginkan maka harus dilakukan suatu tndakan lanjutan setelah informasi di dapatkan, tindakan-tindakan lanjutan yang dimaksud adalah :

1.      Triangulasi Sumber          
Triangulasi sumber ini di gunakan untuk mengkaji dan mengolah data yang sudah di dapatkan dari lapangan dengan data-data atau sumber-sumber yang lain yang diperoleh dari literature ataupun sumber lain. Sehingga dengan triangulasi data ini seorang peneliti dapat benar-benar memahami serta dapat memilah data sehingga data-data dari sumber yang ada, yang akan di gunakan dapat relefan dengan penelitian yang di lakukan dan dapat di temukan faliditas data peneltian yang diharapkan.

2.      Review Informan
Dari seorang informan, peneliti dapat memperoleh data lapangan atau data langsung dari lokasi berkaitan dengan keadaan yang dirasakan.Namun dari data informan yang berhasil di kumpulkan, haruslah dilakukan review.Hal ini di lakukan agar pembaca dapat mengerti dengan informasi yang diberikan sehingga kata-katanya tidak panjang lebar namun dari segi isi kurang bisa dipahami. Maka dari itu untuk menanggulangi hal tersebut di buatlah review untuk mempertegas isi atau data yang didapatkan, sehingga didapatlah faliditas data yang jelas dan tegas.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Lokasi Penelitian
            Kabupatan Wonogiri merupakan sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah.Secara geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Wonosari di provinsiYogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Wonogiri Kota. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi 1,5 juta jiwa.
            Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri.Di daerah inilah dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, dan dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri ( Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.Mulai saat itulah Nglaroh (Wonogiri) menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro: Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial.
            Jerih payah pengeran Samber Nyawa ( Raden Mas Said ) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya ( KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain sebagainya.Di antaranya obyek wisata Waduk Gajah Mungkur, wisata gantole.Terdapat sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di dusun Dlepih, Tirtomoyo, yang jaraknya kurang lebih 47 km dari ibu kota kabupaten Wonogiri.
        Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk masa jabatan 2010-2015.Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS, UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT JUANG.
B.     Deskripsi Hasil Penelitian
            Setelah penulis melakukan observasi dan penelitian di Kabupaten Wonogiri tepatnya di tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan di kabupaten Wonogiri yaitu di distrik Wuryantoro, di Distrik Wonogiri, dan di distrik Jatisrono, di mana ketiga distrik tersebut merupakan bagian keseluruhan dari kabupaten Wonogiri. Sehingga melalui penelitian di tiga distrik tersebut  penulis mendapatkan data serta informasi yang digunakan untuk menjawab persoalan mengenai implikasi yang ditimbulkan dari adanya penyakit gizi buruk kaitannya dengan jaminan kesejahteraan yang di janjikan oleh pemerintah pusat, maupun pemerintahan daerah, khususnya di Kabupaten Wonogiri.
            Dari data yang berhasil di himpun peneliti dari hasil wawancara kepada informan, maupun kegiatan observasi langsung ke lapangan, di temukan ketidaksesuaian antara yang seharusnya dan senyatanya.Mulai dari kurang efektinya program kesejahteraan dari pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sampai pada kurangnya responsibilitas pemerintah daerah mengenai wabah gizi buruk di Kabupaten Wonogiri. Berkaitan dengan hal tersebut, data serta informasi yang di peroleh peneliti dapat menghasilkan suatu rumusan pembahasan sebagai berikut            :
1.      Dampak Yang Ditimbulkan Dari Penyakit Gizi Buruk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri 
     Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, kesejahteraanmerupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.Ungkapan Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tersebut seolah memberikan penggambaran yang jauh pada keadaan sebenarnya dan cenderung palsu, Hal ini didasarkan pada keadaan di Kabupaten Wonogiri.
            Berkaitan dengan pembahasan yang di angkat dalam karya ilmiah ini, mengenai satu wabah penyakit yang membelit masyarakat di sebagian daerah di Kabupaten Wonogiri, nyatanya memberikan pencerminan bahwa isi pancasila pada alenia ke-4 tersebut belum seluruhnya berjalan dengan baik.Hal ini tidak sejalan pula dengan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
            Menurut salah satu informan (Evita Tri Purnamasari 19 tahun) dari Eromoko Wonogiri, mengungkapkan bahwa adanya penyakit gizi buruk khususnya di Eromoko Wonogiri telah banyak berdampak pada penurunan stabilitas ekonomi, pasalnya dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia karena adanya penyakit gizi buruk akan berpengaruh pula pada perekonomian di kawasan tersebut. Pendapat dari informan tersebut dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan program-program kesehatan sehingga dapat meminimalisir kasus gizi buruk di Kabupaten Wonogiri. Selain banyak berdampak pada perekonomian kemasyarakatan, wabah gizi buruk ini dapat pula berdampak pada penurunan kesejahteraan, hal ini dapat di gambarkan dengan teori yang mendasari karya ilmiah ini, yaitu teori Contractarian (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari teori ini adalah setiap individu mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan seseorang baik dari segi jasmani maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan, terbebas dari segala macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar), untuk mencapai suatu keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.Sehingga melalui teori ini dapat diungkap bahwa kesejahteraan itu dapat di capai apabila terdapat ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan terbebas dari segala macam hambatan termasuk di dalamnya wabah penyakit.Sehingga, dengan demikian penurunan kesejahteraan merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari adanya gizi buruk di Kabupaten Wonogiri.

            Dari beberapa dampak yang ditimbulkan dari adanya penyakit gizi buruk tersebut mengundang keprihatinan pada semua pihak, bahkan dalam salah satu sumber telah dikutip ungkapan Bupati Kabupaten Wonogiri, beliau mengatakan bahwa beliau merasa sangat prihatin dan sedih mendapatkan laporan bahwa masih ada anak menderita gizi buruk di sejumlah kecamatan. Karena itu bupati Wonogirimemerintahkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten untuk bergerak cepat melakukan penanganan-penanganan, agar puluhan anak yang tersebar di 13 kecamatan itu bisa dipulihkan dan diselamatkan.

            Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang terkenan dengan hasil buminya terutama hasil umbi-umbian.Singkong merupakan salah satu hasil bumi dari Wonogiri yang banyak di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik di konsumsi maupun diperjual-belikan.Namun, sumber daya alam yang berlimpah di Kabupaten Wonogiri, nyatanya tidak dapat menghindarkan masyarakatnya dari adanya wabah gizi buruk.Hal yang demikian itulah yang menjadi tolak ukur baru pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam rangka menanggulangi dampak buruk dari adanya penyakit gizi buruk.

2.      Peran Serta Pemerintah Setempat Dalam Rangka Memperkecil Angka Penderita Gizi Buruk Sehingga Tercipta Keadaan Yang Sejahtera Di Kabupaten Wonogiri

            Penanggulangan masalah penyakit gizi buruk di wonogiri nyatanya tidak serta merta hanya bisa di lakukan oleh pemerintah kabupaten Wonogiri saja, namun peran serta masyarakat umum untuk ikut berpartisipasi dalam rangka penanggulangan wabah gizi buruk ini sangat di butuhkan.Hl ini dikarenakan pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalampembangunan nasional secara menyeluruh.Pembangunan di bidang kesehatan sangatterkait dengan keadaan kesejahteraan di suatu wilayah, kesejahteraan inilah yang seharusnya tetap di perjuangkan karena kesejahteraan merupakan salah satu dari tujuan Negara Republik Indonesia.Desentralisasi bidang kesehatan yang telah disusun pada bulan Januari 2001dikembangkan menjadi langkah strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan dantantangan yang dihadapi pusat dan daerah di Kabupaten Wonogiri.Oleh karena itu perlu adanya peraturanuntuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan berbagai pedoman teknis.Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yangmengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah mengandungkonsekuensi bahwa masing-masing daerah harus memiliki sistem kesehatan tersendiri,termasuk dukungan dalam menyusun sistem informasinya.Hal ini menunjukan bahwa peran serta masing-masing daerah dalam rangka menanggulangi wabah gizi buruk dapat di galakkan.Para pendiri bangsa telah bersusah payah mencantumkan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan Negara, hal ini seharusnya tetap dihargai para penerus bangsa dengan terus menerus mengadakan program-program pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut untuk mencegah serta menanggulangi adanya penyakit gizi buruk serta mengadakan upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat di kabupaten wonogiri, pemerintah setempat mengadakan beberapa program kerja.

            Peran serta pemerintah daerah kini sudah dilakukan dengan berbagai cara dan melalui berbagai aspek, kaitannya dengan masalah penanggulangan dan pencegahan penyakit gizi buruk, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri mencanangkan berbagai program kesehatan yaitu program pemberian susu geratis kepada anak-anak usia 5 sampai 12 tahun atau anak usia SD, praktek program ini banyak membantu masyarakat di Kabupaten Wonogiri terutama untuk anak-anak agar terpenuhi kebutuhan gizinya. Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan cukupberhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukupbermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yangmempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.Derajat kesehatan yang optimaldapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yangmempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat di Kabupaten Wonogiri.Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur Harapan Hidup,Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, serta status Gizi Masyarakat.
            Adapun indikator hasil program yang ingin di capai di kabupaten Wonogiri antara lain, terdiri atas indikator-indikator untuk keadaanlingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, sertaIndikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanankesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sector terkait.  Berkaitan dengan program pemberian susu gratis ini memdapatkan respon positif dari masyarakat Kabupaten Wonogiri.

            Peran serta selanjutnya dari pemerintah daerah di kabupaten Wonogiri adalah penyelenggaraan klinik gizi buruk, program ini adalah suatu program yang dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penanganan para penderita gizi buruk agar tetap terkontrol stabilitas kesehatannya, program ini tidak hanya menangani para penderita, namun juga masyarakat luas kabupaten Wonogiri. karena pada hakekatnya Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatansecara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapatmemperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkanterjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masihberada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhioleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

            Selain program-program pemerintah yang bersifat represif, pemerintah kabupaten Wonogiri juga menggalakan program yang bersifat preventif dengan cara mangadakan program Upaya penyehatan lingkungan yang dilaksanakan dengan lebih diarahkan padapeningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif,preventif, dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama-sama denganmasyarakat, diharapkan secara epidemiologi(ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi)akan mampu memberikankontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalahmasih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain dana, adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkanpermasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitaslingkungan yang masih sangat rendah.Lingkungan sehat merupakan salah satupilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010.

            Pemerintah kabupaten Wonogiri juga menggalakan program kesejahteraan rakyat berupa posyandu keliling, hal ini di lakukan mengingat posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya.Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat ternyata belum dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih banyak factor yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain , sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih rendah, banyak kader posyandu yang drop out, sarana dan prasarana belum memadai, termasuk krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tak kunjung usai.
            Berkaitan dengan program pemerintah kabupaten Wonogiri yang di ungkapkan dalam data di atas, Hal inilah yang seharusnya senantiasa menjadi tindak lanjut pemerintah mengingat pentingnya kesehatan bagi warga Negaranya. Terealisasikannya program-program pemerintah pada sektor kesehatan dalam usahanya untuk menekan kasus gizi buruk di negeri ini sangat di harapakan oleh warga masyarakat, karena dengan lepasnya masyarakat dari masalah gizi buruk merupakan cermin kesejahteraan bagi masyarakat, namun sebaliknya, terbelitnya masyarakat dengan wabah gizi buruk merupakan cermin betapa minimnya kesejahteraan bagi masyarakatnya, khususnya di Kabupaten Wonogiri.





3.      Sebaran Penderita Penyakit Gizi Buruk Sebagai Salah Satu Gambaran Kurang Meratanya Kesejahteraan Bagi Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri
           
            Setelah peneliti melakukan observasi lapangan di Kabupaten Wonogiri terlihat adanya kesenjangan sosial antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Kesenjangan sosial merupakan suatu keadaan yang menyatakan ketidak seimbangan antara hal yang satu dengan hal yang lain yang terjadi di suatu wilayah tertentu dalam kehidupan masyarakat. Hal yang demikian itulah yang menjadi gambaran saat ini di Kabupaten Wonogiri. Hal ini didasarkan adanya daerah-daerah tertentu yang masih sangat tertinggal, misalnya saja di daerah Eromoko Kabupaten Wonogiri, keadaan fisik wilayahnya masih di domonasi oleh pepohonan dan persawahan, mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani, sehingga pada saat musim kemarau timbul pengangguran musiman. Keadaan yang demikian itu memicu timbulnya gizi buruk karena terbatasnya alat pemenuhan kebutuhan, dengan demikian kesejahteraan masyarakat di daerah Eromoko kabupaten Wonogiri masih sangat terbatas.Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan lingkungan dan distribusi kebijakan di daerah Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Di daerah Slogohimo distribusi program kesejahteraan rakyat seperti posyandu keliling dan kebijakan lain terdistribusikan dengan baik. Karena letaknya yang cenderung mudah di jangkau, sebagian besar masyarakat di daerah ini mempunyai pekerjaan tetap, mulai dari buruh, berdagang, dan menjadi pegawai.Sehingga di daerah ini masyarakatnya tidak satupun di temukan penderita gizi buruk, hal tersebut sangat di pengaruhi oleh program-program kesejahteraan di kabupaten Wonogiri.

            Menurut salah satu informan (Erlita Fanilla Wati 19 tahun, dari Slogohimo, Wonogiri)mengungkapkan bahwa gizi buruk di daerah Wonogri terutama di akibatkan Karena factor ekonomi, karena dengan keadaan ekonomi yang kurang secara otomatis akan berdampak pada bahan makanan yang bisa di beli, dalam hal ini bahan makanan yang dapat di beli sudah pasti minim akan kandungan gizinya. Informan ini juga menyetujui tentang ketidakmerataan kebijakan pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya. Karena di datu wilayah sudah hidup secara berkecukupan dan di daerah tersebut tidak ada satupun penderita gizi buruk, namun di daerah lain masih terdapat daerah dengan penderita gizi buruk terbanyak seperti di eromoko.  
            Data yang berhasil di himpun peneliti dari observasi yang dilakukan, di temukan data yang menunjukan jumlah sebaran penderita di Kabupaten wonogiri kasus gizi buruk mencuat kepermukaan setelahdinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada februari 2011 menggalakan klinik pemulihan gizi buruk di tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan.Di distrik Wuryantoro, ditemukan 38 anak, 16 di antaranya dalam keadaan yang cukup parah sehingga perlu dikirim ke rumah sakit di Solo untuk mendapatakan penanganan intensif. Rinciannya, kecamatan Wuryantoro 12 anak, Manyaran 10 anak, Eromoko I (4 anak), Eromoko II (7 anak) dan Pracimantoro (5 anak).Sedangkan di Distrik Wonogiri, ditemukan 38 anak penderita gizi buruk.Mereka terdeteksi di Puskesmas Wonogiri I (31 anak), Selogiri (3 anak) dan di Nguntoronadi II (4 anak).Dari sekian itu, 13 anak diantaranya harus dirujuk ke RSUD Wonogiri.Lalu distrik Jatisrono terdapat 22 anak gizi buruk.Yakni di Puskesmas Jatisrono I (4 anak), Jatisrono II (4 anak), Jatiroto (5 anak), Jatipurno (3 anak) dan di Sidoharjo (6 anak).Dari jumlah itu, 11 di antaranya dirujuk ke RSUD Wonogiri dan RS Dr Moewardi Surakarta.
            Jika di analisis dengan seksama kasus penyakit gizi buruk di kabupaten wonogiri tidak hanya terletak pada satu atau dua daerah saja namun lebih dari itu, sebagian besar kecamatan di kabupaten wonogiri terdapat beberapa orang yang mengalami gizi buruk, sehingga menambah panjang daftar penderit gizi buruk di kabupaten Wonogiri.selain itu, dengan merujuk data di atas sebaran wabah menunjukan tidak meratanya distribusi kebijakan di masing-masing daerah, namun implementasi program kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri jarang di pedulikan terutama di daerah perkotaan seperti program posyandu. Padahal selama ini pemantauan pertumbuhan terhadap balita dilakukan di posyandu.Karenanya diperlukan upaya untuk meningkatkan kunjungan ke posyandu.Diperlukan berbagai cara untuk menghidupkan kembali kegiatan posyandu. Terutama daerah perkotaan, sehingga masyarakat kelas menengah atas mau berkunjung ke posyandu.  
            KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah alat pantau pertumbuhan yang sudah cukup baik, dari sini diperlukan kesamaan pemahaman pola tumbuh balita.Sebagaimana diketahui, dengan menggunakan KMS, kita bisa membedakan 5 pola tumbuh yaitu N1 dan N2 yang diharapkan, T1, T2 dan T3 yang berupa gangguan.Kemudian setelah mengenali T, bisa diberikan tindak lanjut terhadap penyimpangan dini pertumbuhan (T) dengan pengobatan dan pemberian makanan dan minuman sehat.            Menemukan Semua Kasus Gizi Buruk diperlukan usaha bersama antara pemda dan masyarakat (itu kita, lho!) untuk menemukan semua kasus gizi buruk. Yang terpenting adalah dengan menggunakan kriteria yang sama apa yang disebut gizi buruk. Dan sarana yang digunakan adalah semua yang bisa digunakan (semua perkumpulan, pengajian, arisan, pelayanan kesehatan, posyandu & kunjungan rumah).Inilah yang sedang di lakukan pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri.Program Memulihkan Semua Kasus Gizi Buruk disini menunjukkan peran Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas) jadi lebih nyata.
            Dengan adanya ketidakmerataan program kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri, menjadikan pemerintah daerah harus senantiasa bersikap bijak dengan disertai dengan dedikasi dan tanggung jawab dalam menangani kasus gizi buruk di kabupaten Wonogiri.hal tersebut harus di lakukan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan sejalan dengan tujuan Negara dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-undang Daar Negara Rerpublik Indonesia.
           



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri, dapat disimpulkan bahwa adanya penyakit gizi buruk khususnya di Eromoko Wonogiri telah banyak berdampak pada penurunan stabilitas ekonomi, pasalnya dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia karena adanya penyakit gizi buruk akan berpengaruh pula pada perekonomian di kawasan tersebut. Selain itu wabah gizi buruk ini dapat pula berdampak pada penurunan kesejahteraan, hal ini dapat di gambarkan dengan teori yang mendasari karya ilmiah ini, yaitu teori Contractarian (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005:77). Teori ini mengungkapkan bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan yang maksimum dalam hidupnya. Intisari dari teori ini adalah setiap individu mempunyai konsep yang jelas mengenai keadaan seseorang baik dari segi jasmani maupun rokhani, yaitu tersedianya pemenuhan kebutuhan, terbebas dari segala macam hambatan (wabah penyakit dan ancaman dari luar), untuk mencapai suatu keadaan yang masuk dalam koridor sejahtera.Sehingga melalui teori ini dapat diungkap bahwa kesejahteraan itu dapat di capai apabila terdapat ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan terbebas dari segala macam hambatan termasuk di dalamnya wabah penyakit.

            Di kabupaten Wonogiri terdapat program-program pemerintah dalam rangka meminimalisir angka penderita gizi buruk dan berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program yang di maksud adalah di canangkannya posyandu keliling, pemberian susu gratis, dan peninjauan lapangan oleh dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan kebijakan serta program yang di canangkan pemerintah kabupaten Wonogiri tidak terdistribusikan dengan merata karena factor keterjangkauan, sehingga program yang di galakkan tidak seluruhnya mencakup daerah-daerah di Kabupaten Wonogiri.

B.     Implikasi
Implkasi yang dapat dirumuskan dari masalah yang ada adalah sebagai berikut  :
a.       Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan dengan memberikan gizi tambahan sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera.
b.      Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
c.       Mengembangkan sistem jaminan kesejahteraan sosial melalui pemberian fasltas meds geratis seperti pengobatan geratis dan lan sebagainya.
d.      Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
e.       Memekan angka penderta gizi buruk melalui pemerataan program peningkatan kesejahteraan di Kabupaten Wonogiri.

C.    Saran
            Untuk memperbaiki pelayanan program kesejahteraan rakyat di Kabupaten Wonogiri, penulis memberikan saran-saran untuk perbaikan sebagai berikut  :
a.       Untuk memberikan tunjangan gizi pada balita dan batita pemerintah dapat memberikan susu gratis di posyandu.
b.      Memberikan fasilitas kontrol gizi dengan cara menyelenggarakan puskesmas keliling.
c.       Dilakukannya penyuluhan pemberian ASI eksklusif untuk menekan angka gizi buruk pada balita.
d.      Memberikan tambahan makanan kepada balita dan manula seperti buah-buahan dan makanan pendukung lainnya.
e.       Pemberian tambahan vitamin A, D, E, dan K di sekolah dan di posyandu.























DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.giziburukdiWonogiri.online.(Sumber:http://www.solopos.com/2010 /angka-gizi-buruk-anak-mencapai-320 kasus-2151),Di akses tanggal 8    April 2011.

Anonim.2010.Arti/definiskesejahteraanrakyat,online.(http://google.com/2010/12/   21/arti-kesejahteraan rakyat/),Di akses tanggal 23 April 2011.

Anonim.2007.teori ilmu sosial yang membahas mengenai kesejahteraan
            rakyat.online.(http://www.google.info/2007/12/teori ilmu     sosial.html       l#ixzz1Iv4etz00),Di akses tanggal 23 April 2011.


Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 mengenai kesejahteraan      sosial.

Anonim.2008.penjelasan/teorikesejahteraanrakyat,online.(http://google.com/2008/  212145/21/teori-kesejahteraan rakyat/),Di akses tanggal 23 April 2011.

Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 194 alenia ke-4         mengenai tujuan Negara dalam hal memajukan kesejahteraan umum.

Aninim.2009.penjelasanmengenaitriangulasi.onlne.(http/www.google.com/2011/3  228=g543/triangulasi), di akses tanggal 7 Mei 2011.

Aninim.2011.peran-pemerintah-kabupatenmengenaikasusgziburukdikabupaten             wonogiri.onlne.(http/http://www.google.co.id/#hl=id&q=PERAN+PEME            RINTAH++KABUPATEN+Wonogiri&oq=PERAN+PEMERINTAH++K            ABUPATEN+Wonogiri&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=7632788l            7644280l0l38l36l0l19l4l4l1256l8088l25.2.4.4.1.1&fp=d0cd7cf56a3d69d5 &biw=1280&bih=582), di             akses tanggal 17 Mei 2011.

Aninim.2011.dampakgiziburukbagikesejahteraandikabupatenwonogiri.onlne.(http            ://www.google.co.id/#hl=id&q=dampak+gizi+buruk&oq=dampak+gizi+b            uruk&aq=f&aqi=g3&aql=&gs_sm=e&gs_upl=405227l418306l1l17l16l0l            5l5l0l1323l8232l21.1.2.1.4.2&fp=d0cd7cf56a3d69d5&biw=1280&bih=58            2), di akses tanggal 17 Mei 2011.                                                  

Aninim.2009.kebijakan-pemerintah-daerah.onlne.(http://els.Bappenas.go.id/           upload/ other/Akibat%20Gizi%20Buruk.htm), di akses tanggal 17 Mei          2011.














0 komentar:

Posting Komentar